Padahal usaha tersebut saya rintis pada awalnya hanya dari menumpang dikantor pemasaran gedung penyewaan ruang perkantoran. Dari cuma menumpang sampai akhirnya bisa menyewa ruang kantor sendiri. Hasil kerja keras tersebut tidak saya kelola secara cermat, hingga akhirnya usaha tersebut hanya bertahan selamat dua tahun.
Saya bangkit lagi dengan menyewa rumah bersama-sama teman yang juga punya usaha, namun itupun tidak bertahan lama, karena saya tidak belajar dari kegagalan. Gaya hidup dikedepankan, sementara kejujuran mulai luntur, kepercayaan klien pun juga begitu.
Tidak Mensyukuri Nikmat
Sampai pada akhirnya saya introspeksi bahwa saya memang orang yang tidak pandai memanfaatkan kesempatan dengan baik, berkali-kali Tuhan kasih jalan yang begitu bagus, namun saya tidak tahu mensyukurinya. Dikasih nikmat salah manfaat, dikasih kesulitan cuma sebatas untuk bangkit, setelah bangkit, lupa diri lagi.
Padahal pada masa itu graphic designer sedang digandrungi, saya punya Brandmark yang cukup disukai dan cirinya mudah di kenal. Itulah ketika kita tidak pandai bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah cabut nikmat tersebut.
Tapi memang kebangkitan hidup dan karir saya sebagai penata artistik, dengan profesinya inilah saya pada akhirnya bisa established. Bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama. Dari tahun 1990 - 2016, patut saya syukuri, sehingga saya bisa menikmati sisa umur hanya dengan menulis.
Aktivitas fisik boleh berhenti, tapi aktivitas berpikir tidak boleh terhenti. Dengan menulis, maka aktivitas berpikir akan memberikan energi positif pada otak. Minimal bisa mengurangi proses kepikunan. Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat.