Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Kerja

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandangan Radikal: Baju Adat sebagai Seragam Sekolah

22 Oktober 2022   13:04 Diperbarui: 23 Oktober 2022   03:41 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/ cottonbro

Mencoba berpikir bebas, memang sulit. Terkadang kita merasa takut untuk mempunyai pikiran tersendiri, merasa terkucil ataupun yang lainnya. Namun, bukanlah kita sebagai manusia yang diberikan pikiran dari Yang Kuasa memang diperuntukan untuk dapat berpikir dengan berbagai cara, atas apa yang kita lihat atau apa yang kita alami saat ini. Kesalahan memang pasti terjadi, namun orang bijak bilang bahwa dengan banyaknya kesalahan membuktikan bahwa kita banyak berusaha dan mencoba.

Dari beberapa literasi yang pernah dibaca, radikal bukanlah sesuatu yang buruk. Namun, radikal merupakan suatu akar dari apa yang pernah kita pelajari dan apa yang kita percayai. Suatu pemahaman yang kita percaya dan telah mengakar di benak kita serta sulit untuk dipengaruhi oleh faktor dari luar maupun dalam, secara umum dapat kita maknai sebagai sesuatu yang diistilahkan dengan kata Radikal. Namun bagaimana dengan berpandangan secara radikal.. .

Pemahaman pribadi, menyebutkan pandangan radikal sebagai suatu dasar pemikiran atas pengetahuan yang dimiliki. Melihat beberapa fenomena atau kejadian-kejadian di luar, dengan sudut pandang atau pemahaman yang kita punyai secara pribadi. Namun didasari atas logika serta tetap mengambil beberapa literatur untuk memperkuat argumentasi. Secara umum dengan mempunyai pandangan secara radikal kita bisa menyikapi sesuatu atas fenomena yang terjadi secara hakikat, sampai pada akar atau tujuan sebenarnya atas fenomena yang sedang terjadi.

Sudah banyak yang menuliskan berbagai pandangan, opini, asumsi, dan yang lainnya mengenai berlakunya Baju Adat untuk Seragam Sekolah. Dengan didasari dengan undang-undang yang mengaturnya dan sebagainya.. . Banyaknya pro kontra dalam hal tersebut merupakan kekayaan pandangan dari beribu-ribu buah pikir manusia, yang atas karenanya memunculkan atau menciptakan tulisan ini.

Mari kita lihat atas berbagai pujian dengan adanya Baju Adat yang digunakan sebagai Seragam Sekolah.. Banyak yang menyebutkan bahwa dengan berlakunya aturan baru tersebut menjadikan suatu hal yang dapat menjadikan keindahan tentang berbagai budaya yang ada di Indonesia, menjadikan anak didik cinta akan budaya tanah air, melestarikan budaya, membentu perekonomian, serta masih banyak lagi. Namun disisi lain yang kontra akan kebijakan tersebut menyebutkan; kurang leluasanya para siswa dalam melakukan aktifitas yang dikarenakan riwehnya menggunakan pakaian adat, beban bagi orang tua yang kurang mampu, serta masih banyak lagi.

***

Dari banyaknya pro kontra tersebut, pandangan liar yang mendasari tulisan ini pun tercipta. Mencoba memberikan pandangan lain yang dirasa memiliki dan bersumber dari pandangan yang radikal.. .

Pertama, pernahkah kita berpikir bahwa ketidak merataan serta budaya pendidikan kita yang dirasa kurang dikarenakan banyaknya pebisnis masuk pada ranah pendidikan.. . Seolah-olah pendidikan menjadi ladang bisnis yang baik, dari beberapa golongan. Baik dari penjualan buku-buku (LKS atau sebagainya) serta hal-hal macam ini yang menjadi acuan. Anak-anak tidak difokuskan untuk menerima pembelajaran yang baik, tapi di ombang-ambingkan pikirannya dengan berbagai pro kontra kebijakan lembaga pendidikan. Pernahkan kita berfikir kenapa para petinggi-petinggi atau orang-orang yang memiliki uang yang cukup banyak tidak menyekolahkan anak mereka pada sekolah-sekolah negeri, tapi menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah swasta yang tidak diampu oleh negara yang tentunya kebijakan sekolah terkadang tidak mengikuti kebijakan dari negara. Bahkan ada yang menyekolahkan di luar negri.. .

Kedua, bukankan budaya yang baik adalah budaya yang berubah atau bertumbuh.. . Jika kita melihat perjuangan serta mengambil makna dalam film The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise. Bahwasanya kita perlu mengikuti budaya yang berkemajuan agar tidak tertinggal, serta contoh dalam mempertahankan atau mencintai, dan melestarikan kebudayaan suatu bangsa bukan dilakukan dengan memperlihatkan suatu tampilan luarnya saja namun di tanamkan, di pupuk, serta di kembangkan dalam hati nurani sebagai semangat, motivasi, serta visi untuk dapat mengingat serta mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh para pendahulu bangsa.

Ketiga, mau dikemanakan sebenarnya arah pendidikan kita.. .?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun