Mohon tunggu...
Fajar Asmara Satria
Fajar Asmara Satria Mohon Tunggu... Jurnalis - Pria yang sehari-hari mengurusi Media Sosial jutaan followers

Tetap tenang walau dikejar deadline

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untukmu Kekasihku

7 Juli 2019   18:11 Diperbarui: 7 Juli 2019   18:18 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lo mau ga jadi pacar gue?"

Itulah kalimat yang terucap dari mulutku saat menyatakan cinta kepada dirinya usai melakukan pendekatan pada masa-masa menjelang kelulusan. Memang cukup aneh, aku mengungkapkan perasaan cintaku setelah 4 tahun bersama sebagai seorang sahabat. Bahkan tiga tahun kita habiskan dengan pasangan masing-masing.

Wajahnya terlihat ragu, bingung dan panik saat aku mengungkapkan perasaan cinta itu. Kalimat tersebut aku ungkapkan di depan rumah bibinya di daerah Jatihandap, Cicaheum. Kisah kita memang cukup berliku karena kami berdua memang dekat walau memiliki pasangan masing-masing. Lucunya kita hanya dekat saat saling bertukar pesan di aplikasi chatting. Saat bertemu, aku selalu gengsi dan enggan untuk mengobrol dengannya.

Gengsiku memang setinggi gunung Semeru jika harus memulai obrolan dengan tatap muka. Takut kedokku yang memendam rasa kepada dirinya terbongkar. Baik itu oleh dia maupun teman-teman. Bahkan saat aku memiliki pasangan pun, ketika jumpa dirinya ada rasa deg-degan yang entah apa artinya dan saat melihat dia berduaan dengan pasangannya sering kali aku menjadi malas untuk melihatnya. Untuk itu, meledek dia dan pasangannya adalah cara terbaik untuk bisa mencairkan suasana.

Kembali ke momen di Jatihandap, Cicaheum, dia masih terdiam dengan mimik wajah ragunya. Aku pun menggenggam tangannya agar bisa meruntuhkan keraguan dalam dirinya. Selang beberapa menit kemudian akhirnya ia pun mulai menggerakan bibirnya.

"Kita coba aja dulu ya..."

Tidak ada jawaban iya atau tidak. Hanya kalimat coba dulu ya dan aku menganggap itu sebagai jawaban iya. Aku senang bukan main namun wajah dia terlihat senang bercampur dengan ragu. Ragu karena dia tak enak hati kepada mantanku yang juga teman baik dia. Tapi aku coba yakinkan bahwa itu masa lalu dan saatnya kita melihat masa depan yang lebih cerah.

Mendapatkan dia memang bukan jalan yang mudah. Mau tidak mau suka tidak suka harus kuakui aku memang mulai menyukai dia sejak pandangan pertama. Sejak pertama kali berjumpa di kelas gedung 2 Fikom Unpad. Aku langsung tertarik dengan rambut panjangnya yang bergelombang, kulit putihnya, senyum manisnya dan mata sipitnya. Sejak saat itu saya berusaha mencari tahu namanya.

Selang empat hari setelah kelas pertama tersebut aku masih belum tahu namanya. Jangan tanyakan kenapa karena saya terlalu gugup untuk berkenalan dan juga bertanya kepada teman-teman lain. Ditambah saya juga belum dekat-dekat amat dengan teman lain di kelas itu. Baru memasuki hari keempat di gedung sama namun ruangan berbeda, ternyata dia duduk di depanku. Deg-degan bukan main saat itu. Namun aku tetap mencoba stay cool dan bodo amat.

Berkat duduk di belakangnya, aku menjadi tahu nama dia karena aku memasang kupingku dengan cermat saat ia mengobrol dengan teman disebelahnya.

"Chin lo dulu dari SMA mana?" ujar teman sebelahnya bertanya. Udah 4 hari ternyata masih banyak juga yang basa basi kaya gini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun