Microservices Architecture: Sistem dibagi menjadi layanan-layanan kecil yang dapat dikembangkan dan dideploy secara independen. Cocok untuk aplikasi seperti Netflix, di mana setiap fitur (rekomendasi, pembayaran, pencarian) adalah microservice terpisah.
Event-Driven Architecture: Sistem merespon berbagai peristiwa (event) yang dikirim oleh komponen lain. Cocok untuk aplikasi IoT atau sistem transaksi real-time seperti dalam sistem perbankan atau e-wallet.
2. Tabel Perbandingan Pola Arsitektur
Pola Arsitektur Kelebihan Kekurangan Contoh Penerapan
Layered ArchitectureMudah dipahami, modular, mudah diuji per lapisanSulit diubah jika sistem kompleks, ketergantungan antar lapisanAplikasi E-commerceMicroservicesSkalabilitas tinggi, fleksibel, layanan independenKompleksitas tinggi dalam pengelolaan layanan dan komunikasi antar layananNetflix, AmazonEvent-DrivenResponsif, cocok untuk sistem real-time dan asinkronDebugging sulit, pengelolaan event menjadi kompleksSistem IoT, aplikasi e-wallet
3. Penerapan Pola Arsitektur dalam Sistem Cloud (Contoh: Microservices)
Pola arsitektur microservices sangat cocok untuk sistem berbasis cloud karena:
Setiap layanan dapat dideploy secara independen pada container seperti Docker.
Layanan dapat diskalakan secara horizontal sesuai kebutuhan trafik.
Komunikasi antar layanan dapat menggunakan API Gateway dan protokol ringan seperti REST atau gRPC.
Cocok dipadukan dengan platform seperti Kubernetes untuk orkestrasi layanan dan autoscaling.