Selama otak manusia itu aktif maka tidak akan lari jauh dengan “kognitif”. Kognitif merupakan pusat penerimaan informasi, pusat mengingat informasi yang telah diperoleh dan disimpan dalam memori, juga merupakan perencanaan seseorang dalam membuat keputusan sesuatu juga dalam hal menyampaikan informasi yang kemudian dilakukan dengan aktivitas proses persepsi serta tata cara penyusunan bahasa kata-kata maka hal ini disebut dengan proses Psikologi kognitif. Berhubungan dengan otak atau melibatkan kognisi, dan berdasarkan kepada pengetahuan faktual yg empiris (KBBI). Kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya. Psikologi kognitif bisa disimpulakan dengan dinamika mental atau ilmu proses-proses mental dan pola pikir manusia.
Sejarah Psikologi Kognitif
Sejarah psikologi kognitif diawali dengan pendapat-pendapat para filsuf yang berpikir dan bertanya asal muasal pengetahuansehingga teori-teori kuno membahas letak pikiran dan memori. Solso (2007) studi aksara hieroglif Mesir Kuno dalam kepenulisannya meyakini bahwa Aristoteles menyatakan pengetahuan adalah berada di jantung. Akan tetapi berbeda dengan gurunya Aristoteles, yakni Plato, berpendapatbahwa pengetahuan tersimpan dalam otak. Sehingga, hal yang terkait dengan pengetahuan tersebut terdapat dua perspektif empiris dan nativis. Empiris memandang pengetahuan diperoleh dari pengalaman sepanjang hidup.Sedangkan nativis memandang pengetahuan didasarkan pada karakteristik genetis dalam otak. Maka, “penyimpanan dan pengorganisasian informasi dalam memori” mendifinisikan cocok yaitu bahwa penyimpanan mengindikasikan bahwa pengalaman adalah penting yang disebut dengan empiris. Sedangkan, pengorganisasian megindikasikan bahwa adanya kemampuan struktural bawaan dalam otak manusia itu disebut dengan nativis.
Pada abad ke-18 yang dikenal dengan abad renaisans (abad pencerahan).Abad pencerahan adalah abad terjadinya perubahan besar-besaran dalam teknologi, sosial dan politikyang dipelopori para penganut empirisme dari inggris yaitu George Berkeley, David Hume, James Mill, dan John Stuart Mill. Pernyataannya John Stuart Mill pada abad renaisans menyatakan bahwa representasi internal yang terbagi dalam tiga jenis: 1). Peristiwa sensorik langsung, 2). Peristiwa yang disimpan dalam memori, dan 3). Transformasi dari peristiwa-peristiwa tersebut yang dalam proses berpikir.
Pada abad ke-19 muncullah para psikologi dari bidang ilmu filsafat yang kemudian membentuk suatu disiplin ilmu baru meskipun bersumber dari ilmu filsafat.
Pada awal abad ke-20, lahirlah teori Behaviorisme yang mengalami perubahan konsep radikal. Dan behavioris mengatakan bahwa otak manusia adalah otak pasif yang memandang bahwa otak manusia dan binatang semata-mata hanya psikologi stimulus-respon (Solso, 2007). Namun beberapa tahun kemudian, pada tahun 1932 terjadi sebelum kebangkitan Revolusi kognitif seorang behavioris dari Universitas California yang bernama Edward C. Tolman. Tolman menerbitkan sebuah buku yang menjelaskan tentang eksprimen terhadap tikus yang ditempatkan dalam labirin dengan mempelajari stimulus-respon darinya. Akan tetapi, psikologi kognitif berasal dari pemikiran behavior. Selanjutnya, beberapa tahun kemudian dengan melewati berbagai eksprimen dari berbagai tokoh maka psikologi kogntif terbentuk pada tahun 1960-an. Adapun tokoh dari psikologi kognitif adalah Edward C. Tolman (1886-1959) dengan mengembangkan konsep peta kognitif, beliau juga merupakan behavioris dari Universitas California di Berkeley dengan menerbitkan buku yang pertamanya berjudul “Purposive Behavior In Animals And Men”.
Psikologi konitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi. Bagaimana cara kita memperoleh informasi mengenai dunia dan bagaimana pemerosesannya, bagaimana cara informasi itu disimpan dan di proses oleh otak, bagaimana informasi itu disampaikan dengan struktur penyusunan bahasa, dan proses-proses tersebut ditampilkan dengan sebuah prilaku yang dapat diamati dan juga yang tidak dapat diamati. Psikologi kognitif juga mencakup keseluruhan proses psikologis dari sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran,belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan dengan berbagai bidang prilaku. Dalam psikologi kognitif terdapat beberapa definisi yaitu metafora adalah menjelaskan proses-proses kognitif. Dan model adalah sebuah kerangka kerja organisasional yang digunakan untuk menjelaskan proses-proses kognitif. Juga teori adalah sebuah upaya menjelaskan beberapa aspek proses psikologi kognitif. Kemudian perspektifyakni menuntun, menyajikan, dan mengevaluasikan eksprimen dengan empat perspektif yaitu pemerosesan informasi, neurosains, ilmu komputer, dan psikologi evolusioner.
Perbedaan psikologi kognitif dengan ilmu kognitif adalah jika ilmu kognitif merupakan gabungan dari berbagai ilmu seperti ilmu komputer, filsafat, psikologi, neurosains, linguistik, antropologi, dan sosiologi. Ilmu kognitif bisa dipelajari dan diajarkan selain di fakultas psikologi. Sedangkan psikologi kognitif hanya bisa diajarkan di fakultas psikologi dan lebih menekankan pada aspek kognisi manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI