Mohon tunggu...
Agustina Indrawati
Agustina Indrawati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis, Certified Professional Coach

Psikolog Klinis Remaja dan Dewasa | Coach Life dan Karir | Pemerhati Kesehatan Mental Anak Muda | Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Pernah bekerja sebagai Praktisi SDM di organisasi internasional dan beberapa perusahaan multinasional | https://pulihatthepeak.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Bagaimana Mempertahankan Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19?

14 September 2021   13:20 Diperbarui: 9 Oktober 2021   07:00 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesehatan mental (Thinkstock via nasional.kompas.com)

Namun laporan penelitian UNICEF menegaskan bahwa dampak Covid-19 pada kesehatan mental anak-anak dan remaja terjadi hampir di mana-mana. 

Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan efek negatif yang signifikan, baik pada mereka yang sudah maupun tidak mengalami gangguan kesehatan mental sebelumnya. 

Rentangnya cukup beragam, mulai dari rasa kesepian, terisolasi, cemas, takut, depresi, menyakiti diri hingga kecenderungan bunuh diri (UNICEF Office of Research - Innocenti, 2021).

Hasil riset Public Health Wales (2021) juga menemukan bukti kuat bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kesejahteraan mental anak-anak dan remaja di banyak negara. 

Mereka dengan latar belakang keluarga yang memiliki status sosial ekonomi lebih rendah, anak muda yang tidak mengenyam pendidikan atau mempunyai pekerjaan, serta perempuan muda dinyatakan terkena efek negatif pandemi yang jauh lebih parah daripada kelompok lainnya.

Apa yang mendorong kesehatan mental memburuk selama masa pandemi?

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan anak muda ketika dihadapkan pada berbagai kondisi yang menimbulkan rasa cemas. 

Hal ini berisiko menurunkan kualitas kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah rasa kesepian. 

Pemicunya bisa karena terbatasnya kesempatan untuk keluar rumah, bertemu dengan keluarga besar, maupun bersosialisasi dengan teman-teman. 

Kamu berpotensi kehilangan dukungan kelompok sebaya yang sebetulnya penting bagi tahap perkembangan psikososial untuk anak seusiamu.

Faktor lainnya adalah kecemasan tentang pendidikan dan masa depan. Ada di antara kamu yang merasa cemas akan hilangnya aksesibilitas dan dukungan dari sekolah atau kampus, serta kualitas pendidikan yang diterima. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun