Mohon tunggu...
Ainag Al Ghaniyu
Ainag Al Ghaniyu Mohon Tunggu... Buruh - a jannah seeker

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pandemi yang Melumat Pintu Rezeki

10 Mei 2021   04:35 Diperbarui: 10 Mei 2021   04:52 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia bingung, bagaimana menyediakan ponsel untuk keempat anaknya yang masih sekolah. Sekolahnya berpindah ke rumah, School From Home, dan untuk itu dibutuhkan gadget tak cukup satu. Sedang di rumah itu hanya ada satu ponsel yang sudah megap-megap, dan lebih sering dipakai untuk menerima pesanan pelanggan yang memesan secara online.

Akhirnya Endah berhasil diyakinkan oleh sang suami untuk beralih komoditi. Terlebih setelah mendengar komentar seorang pelanggan, yang tiba-tiba menanyakan apakah ia juga menjual masker dan hand sanitizer, dan bukannya membeli kue kering khas lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Jaman krisis begini yang dibutuhkan inovasi, Bu, termasuk jualan kita."

Suaminya tak luput dari semangat. Ia merasa pandemi ini membuka jalan bagi laki-laki pemimpin keluarga ini untuk membuktikan kegagahannya. Dari mandor yang biasa mempekerjakan, ia mendapat tawaran supply perlengkapan penerapan protokol kesehatan.

"Semua bangunan mandek, ngga lanjut, Dik. Harus pinter-pinter putar modal untuk jualan yang lagi dicari orang." Demikian Rohim, mandornya berkata.

Wajah Didik semringah. Jualan masker dari bahan kain yang beraneka warna dan corak, serta hand sanitizer (HS) olahan industri rumah tangga dari bahan-bahan kimia, laris manis. 

Begitu kewalahan melayani permintaan, ia sampai berburu pemasok yang lain. Semua stoknya pun segera ludes dalam waktu singkat, sampai pelanggan memaksa inden.

Belum dua bulan, pasar masker mulai goyah. Tersebar informasi bahwa masker yang harus digunakan adalah masker dengan lapisan dan bahan tertentu, bukan dengan bahan dan bentuk seperti yang dijual Endah dan Didik selama ini. 

Ditambah lagi beredar kabar bahwa pembersih tangan yang diracik seperti yang mereka jual mengandung bahan berbahaya. Hingga masyarakat beralih mencari hand sanitizer produksi pabrikan resmi.

Endah memandang lesu ke arah tumpukan masker scuba yang tersisa serta botol-botol HS racikan, yang terlanjur menghabiskan modalnya. Suaminya pura-pura tak melihat, sibuk membantu dua anak terkecilnya mengerjakan tugas sekolah.

Ponsel baru yang layak untuk menunjang belajar anak-anak belum terbeli. Berasnya kembali pas-pasan. Boro-boro baju baru untuk lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun