Sudut bibir pria berjas tersimpul. Ia pun menyilangkan kedua kaki, membuat posisi duduknya menjadi lebih santai, mengabaikan tatapan tak bersahabat milik Andrew.
"Seseorang yang diperintahkan untuk memberikan pengulangan waktu sesuai keinginanmu." Senyuman pria itu semakin lebar demi menyaksikan ekspresi wajah Andrew.
"Seandainya waktu terulang lagi, aku akan menyelamatkanmu. Kamu sudah lupa pernah mengatakan hal itu?"
Pupil mata Andrew melebar. Ia hendak berucap, namun pria misterius itu mengangkat tangan tepat di hadapannya.
"Biarkan aku mengutip sedikit kata-katamu. 'Seandainya' kau tidak menginginkan waktu diulang kembali, maka dirimu tidak perlu merasakan kehilangan yang sama sebanyak dua kali."
"Beri aku pengulangan waktu lagi. Kali ini, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Zeta," pinta Andrew.
Pria berjas pun mendesah. "Kau belum mengerti juga rupanya. Diulang berapa kali pun, hasilnya akan sama. Itu adalah takdirnya." Tangan kanannya terulur di hadapan Andrew. Ujung ibu jarinya mengusap pada ujung jemari lainnya.
"Ada banyak hal yang manusia dapat ciptakan. Tetapi sehebat apapun ia, tetap ada bagian yang takkan mampu dikendalikan."
Pria misterius itu tersenyum untuk ke sekian kali sambil menepuk bahu Andrew.
"Selama pemegang kartu takdir masih berbaik hati memberimu hidup, jalanilah dengan baik. Jalani dengan semestinya. Dan juga... perhatikan bicaramu, Tuan. Sebab kau ini bukanlah Dewa."
Pria berjas menarik tuas pintu dan keluar mobil. Sesaat setelah pintu kendaraan tertutup lagi, sosok itu pun telah lenyap dari pandangan Andrew. Membiarkannya merenungi banyak hal, meratapi kehilangan hingga waktu tak berjeda. Itu pilihannya. Namun yang terpenting, ia tahu bahwa kata seandainya hanya akan tetap menjadi ucapan semata.