"Duh, jatuh cinta nih sama Daphnia. Gemes banget!" Nadia berujar pada Gita.
"Makhluk imut ciptaan Tuhan," tambahku. Keduanya setuju.
Benar. Kita semua pun makhluk ciptaan Tuhan. Pikiran seperti itu terlintas tiba-tiba. Tak hilang hingga pulang sampai kosan, justru semakin meluas usai aku menunaikan ibadah isya. Tuhan yang menciptakan, yang memberikan nyawa dan memutuskan batas waktu hidup hamba-Nya. Tuhan lebih tinggi derajatnya dibanding makhluk-makhluk-Nya. Dan aku sedang bimbang dengan pilihan di antara keyakinanku untuk Tuhan atau manusia?
\===/
"Kalian mulai kapan berhijab?" Pertanyaanku terlontar setelah kutahan selama beberapa hari, untuk Gita dan Nadia. Kami sedang menonton film, melupakan kekecewaan karena batal bimbingan skripsi.
"Eh, bukannya pernah cerita sebelumnya ya?" Nadia menjawab dengan pertanyaan lain. Aku menggeleng.
"SMA kelas 3 semester 2," sahut Gita sambil mengunyah cemilan kacang bawang. Pandangannya masih lurus tertuju pada layar laptop.
"Aku lupa." Nadia tertawa. Anak ini memang sudah pikun, tapi baiknya luar biasa. Aku mengibaskan tangan, memberinya isyarat agar tidak perlu mengitung mundur masa lampau dengan jari-jarinya dan melanjutkan menonton film.
"Lisa pengin berhijab?" tanya Gita setelah kuputuskan untuk tak mengganggu acara menonton kami.
Lama terdiam, aku mengangguk pelan. "Tapi belum siap."
"Kesiapan itu akan terbentuk sendiri jika kamu sudah memutuskan kok, Sa." Nadia membelai rambutku.