Mohon tunggu...
aidinar desta angela
aidinar desta angela Mohon Tunggu... Penulis - hanya seorang pelajar

aiii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Tangguh

5 Oktober 2020   14:39 Diperbarui: 5 Oktober 2020   14:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Dua tembakan mendarat mulus dari senapan orang asing itu, namun bukannya mengenai Rio, melainkan mengenai Ify. Rio terjatuh akibat dorongan yang kuat dari Ify. Ify hanya terduduk lemas memegangi perutnya yang mengeluarkan darah.
"YO... LO BAWA DIA PERGI DARI SINI, CEPAT!!" suara teriakan Alvin sudah berlari untuk mengejar sang pelaku.
"Tahan! Gue mohon lo tahan sebentar saja!" Rio segera membopong Ify dan membawanya pergi dari sini.


Kini Rio sudah berada di rumah sakit. Ia berdiri tegang di depan ruang ICU. Keadaan Ify sangat kritis akibat dua tembakan itu. Hampir satu jam Rio menunggu di depan ruang ICU, berharap gadis itu baik-baik saja. Tak lama kemudia, pintu ICU terbuka lebar. Para dokter mulai keluar dengan wajah kelegaan.
"Dia selamat. Sekarang dia akan segera dipindahkan di kamar rawat." jelas sang dokter.


Keesokan harinya, Ify sudah sadar sejak pukul empat pago tadi. Ia masih merasa perih di bagian perutnya. Iqbal sudah menceritakan semua kejadiannya. Ify memakan sarapan paginya. Iqbal sendiri masih di rumah sakit dan izin untuk tidak masuk sekolah. Karena tidak ada lagi yang menjaga kakaknya selain dirinya. Orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri.

"Lo gak bilang sama Papa kan?" tanya Ify takut.
"Emang lo mau kalau gue bilang?"
"Jangan!" larang Ify kepada Iqbal.
"Kak, gue boleh tanya satu hal sama lo? Kenapa lo lakuin ini" Tanya Iqbal serius.
"Maksud lo?"
"Ga perlu gue jelaskan lagi, kan? Lo pasti sudah paham," Iqbal membalas pertanyaan Ify dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"Entah. Gue sendiri nggak tau, Bal. Kaki, tangan, otak, bahkan hati gue memaksa gue dan menarik gue untuk melakukannya. Tapi sebenarnya gue nggak mau."
"Lo suka sama Kak Rio?"
"Lo nggak pernah suka urusan lo dicampurin, lo juga nggak suka ngurusin orang lain. Bahkan ngorbanin nyawa lo sendiri. Menurut gue itu bukan lo. Kecuali dengan satu alasan kalua lo suka sama dia." jelas Iqbal panjang lebar.


"SELAMAT PAGI SEMUANYA..."
Suara tersebut lantas membuat Ify dan Iqbal menoleh ke arah pintu kamar rawat, di sana sudah berdiri Rio dengan membawa buah-buahan dan sebuket bunga lavender kesukaan Ify.
"Buktiin ucapan gue tadi!" bisik Iqbal kepada kakanya dengan nada menggoda dan memilih untuk beranjak keluar kamar rawat.
"Mau kemana, Bal?" tanya Rio saat Iqbal hendak keluar.
"Ke kantin rumah sakit bentar, Kak. Mau cari makan. Titip kak Ify, ya."
"Lo pikir gue barang dititip-titipin?!" gerutu Ify.


Rio menaruh sebuah buket bunga dan buah-buahab yang tadi ia bawa ke meja kamar rawat. Setelah itu ia duduk di kursi yang sebelumnya Iqbal duduki.
"Gimana keadaan lo? Sudah baikan?" tanya Rio khawatir.
Ify diam saja tak menjawab sedikit pun pertanyaan dari Rio. Ia hanya pura-pura memfokuskan dirinya memakan makanannya.
"Gue akan jagain lo di sini," ujar Rio tiba-tiba membuat Ify menyemburkan makanannya.
"Nggak perlu! Gue bisa jaga diri sendiri!" tolak Ify.
"Terima kasih Ify, tenang aja, gue akan jagain lo dengan baik," ujar Rio dengan wajah begitu bahagia.
Ify menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, dia bingung menyaksikan pria aneh di sampingnya ini.
Setelah menyelesaikan makannya, Ify lebih memilih untuk memaikan PSP adiknya dari pada mendengarkan ocehan pria di sampingnya yang terus menceritakan dari A sampai Z tanpa henti. Walaupun sesekali Ify menyahutinya.
"Fy, lo nggak mau tau tentang gue nih?" tanya Rio memecahkan keheningan.
"Nggak!" jawab Ify ketus.
Rio menelan ludah mendengan jawaban ketus Ify. Namun Rio tidak menyerah begitu saja.
"Lo jangan kaget, gue mahasiswa semester 5, kedokteran di Universitas Arwana saat ini."
"Kedokteran? Tampang kayak lo kedokteran? Nyuap berapa miliar lo biar masuk sana?"
"Nggak sakit kok kata-kata lo, Fy...," jawab Rio dengan ekspresi di buat-buat.
Setelah itu keheningan kembali lagi, Ify bingung untuk membuka suara. Ify masih memikirkan kata-kata adiknya tadi. Apa benar yang dikatakan Iqbal. Jika benar Ify akan membuka hatinya untuk Rio.
"Fy...," panggil Rio.
"Apaan?" jawab Ify malas.
"Lo mau tau nggak satu hal yang belum pernah sama sekali gue kaih tau ke elo?" tanya Rio serius.
"Nggak!" jawab Ify singkat.
"Seriusan gamau tau?" tanya Rio menggoda.
Sebernarnya Ify tahu kalau Rio akan mengungkapkan perasaannya. Ia sudah lama tahu dari Iqbal kalau tetangganya itu menyukainya. Tapi, Ify masih belum siap mendengarnya.
"Yaudah cepetan kalau mau ngasih tau! Gue dengerin nih." jawab Ify.
"Oke, Alyssa Freedy Maca. Gue tau kalau gue orang baru di hidup lo. Tapi, semua itu nggak menutup kemungkinan gue buat suka sama lo. Gue suka sama lo, Fy. Lo mau kan jadi pacar gue? Gue mau jawaban lo sekarang." ujar Rio dengan hati-hati.
Ify menarik napas terlebih dahulu sebelum menjawab. Mungkin ini saatnya untuk membuka hatinya kembali.
"Rio, gue mau jadi pacar lo." jawab Ify dengan lantang.
Rio yang mendengarnya pun berteriak bahagia. Ia segera memeluk Ify yang sekarang menjadi kekasihnya.
Bagi Rio, Ify gadis yang sangat sempurna. Ia tak takut pada apapun. Keberaniaannya membuatnya semakin menyukainya. Terima kasih Ify engkau sudah mewarnai kembali hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun