Pagi di rumah saya hampir selalu mulai di depan lemari kecil. Saya bantu anak mencoba pakai baju sendiri. Lalu kami berangkat.
Di jalan ke sekolah, kami ngobrol. Topiknya ringan saja. Pelajaran pertama hari ini. Jajanan apa yang boleh.
Ritme yang sederhana. Tapi di sinilah pelan-pelan kelekatan tumbuh.
Tahun ini, obrolan soal ayah rumah tangga. Serta risiko anak tumbuh tanpa pengasuhan ayah sering muncul di media.
Angkanya tidak kecil. Itu sebabnya saya merasa perlu menuliskannya dari sudut pandang ayah yang juga bekerja kantoran.Â
Normalisasi peran ayah rumah tangga di Indonesia perlu didorong. Karena terbukti menjaga kelekatan anak. Juga menurunkan risiko fatherless.
-
Kelekatan tidak jatuh dari langit. Ia lahir dari rutinitas kecil yang konsisten. Bangun subuh. Sholat berjamaah. Siapkan pakaian. Antar jemput. Temani main.
Ketika istri mendapat kerjaan di luar kota atau harus mengurus mertua yang sakit, saya mengambil penuh perannya beberapa hari.
Saya atur makan anak-anak. Jadwal belajar, dan jam tidurnya.
Pola seperti ini menurut saya akan memberi pesan jelas ke anak. Bahwa ayah bisa diandalkan. Tak sekadar muncul di akhir pekan saja.