Dua mata, hidung, mulut. Justru desain minimalis ini yang jadi keunggulannya.
Wajahnya bagaikan kanvas kosong untuk imajinasi. Kita mudah membayangkan berbagai emosi di sana.
Seakan-akan ia ikut berempati, ikut tersenyum, ikut sedih. Ia jadi teman curhat yang ideal.
Selalu "mendengarkan" tanpa menghakimi. Karena itu boneka terasa begitu personal, seolah hidup.
Manfaatnya juga nyata, bukan hanya rasa-rasa. Dalam dunia terapi, boneka beruang punya tempat sendiri.
Di rumah sakit, ada program "Teddy Bear Hospital" yang membantu anak-anak kecil agar tidak terlalu takut menjalani prosedur medis.
Program seperti ini terbukti dapat menurunkan kecemasan mereka (National Library of Medicine).
Di sisi lain, terapi berbasis boneka juga efektif untuk kelompok lansia. Kehadirannya bisa meredakan gejala cemas dan rasa sepi, terutama pada penderita demensia (Alzheimer's Society UK).
Memeluk boneka memicu naluri merawat dan memberi kontak emosional yang konsisten.
Apakah semuanya selalu positif? Mungkin tidak. Keterikatan yang terlalu kuat bisa jadi masalah, terutama pada orang dewasa.
Kadang ini menandakan kesulitan membangun relasi sosial dengan manusia sungguhan. Sisi ini jarang dibicarakan karena orang cenderung fokus pada kisah yang manis dan menenangkan.