Yang perlu disesuaikan adalah cara menyalurkannya di tengah tuntutan pragmatisme kedaulatan hari ini.
Tidak semua hal harus dihadapi dengan turun ke jalan. WNI bisa terlibat lewat advokasi digital yang terukur, pendidikan, dan diplomasi budaya.
Lobi yang damai juga terbuka. Suara bisa disalurkan lewat kanal resmi.
Intinya, pelihara kepedulian tanpa melanggar hukum setempat. Tanpa menempatkan kepentingan nasional RI dalam risiko.
WNI tetap dapat menjadi bagian dari panggung dunia yang bergolak. Tanpa terseret arus konflik lokal.
Sikap yang bijak adalah menghormati hukum internasional. Sambil mencari jalur yang etis dan non-konfrontatif.
***
Referensi:
- Historia.ID. (2014). Perhimpunan Indonesia, Wahana Perjuangan di Negeri Belanda. Diakses dari https://www.historia.id/article/perhimpunan-indonesia-wahana-perjuangan-di-negeri-belanda-dbxqp
- Kumparan. (2020). Perhimpunan Indonesia Organisasi Anak Bangsa Pertama. Diakses dari https://kumparan.com/berita-update/perhimpunan-indonesia-organisasi-anak-bangsa-pertama-1ufIh0abm1f
- Tirto.id. (2025). Kongres Brussels 1927, Menolak Kompromi pada Imperialisme. Diakses dari https://tirto.id/kongres-brussels-1927-menolak-kompromi-pada-imperialisme-hipl
- Tirto.id. (2025). Wamenlu Imbau WNI di Luar Negeri Tak Terlibat Politik Domestik. Diakses dari https://tirto.id/wamenlu-imbau-wni-di-luar-negeri-tak-terlibat-politik-domestik-hhN3
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI