Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilema WNI di Luar Negeri: Memilih Solidaritas Global atau Pragmatisme Negara?

11 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 6 Oktober 2025   15:53 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota Perhimpunan Indonesia. (Wikimedia Commons via Kompas.com)

Di Filipina, demonstrasi meletup karena skandal korupsi proyek pengendalian banjir. Ratusan orang ditangkap dan seorang pejabat tinggi akhirnya mundur (detikNews, 2025).

Kondisi WNI hari ini juga berbeda. Mereka adalah warga negara merdeka yang hidup di bawah hukum negara setempat.

Melanggar aturan lokal bisa berujung deportasi. Bukan hanya merugikan individu, tetapi juga bisa mengganggu hubungan diplomatik Indonesia.

Dalam kerangka ini, imbauan Wamenlu mencerminkan tugas utama negara. Yakni melindungi warganya.

Ini juga bagian dari manajemen risiko nasional. Pemerintah ingin diaspora tetap aman dan tidak menjadi sumber gesekan diplomatik.

Ajakan untuk fokus pada pendidikan dan ekonomi sejalan dengan strategi jangka panjang menjadikan diaspora sebagai aset terdidik dan penghasil devisa.

Meski begitu, semangat solidaritas global para pendiri bangsa tidak pernah benar-benar padam. Mohammad Hatta adalah contoh yang kerap disebut.

Pada usia 25 tahun, sebagai delegasi PI, ia menghadiri Kongres Liga Anti-Imperialisme di Brussel pada Februari 1927 (Tirto.id, 2025).

Hatta duduk di presidium. Berjejaring dengan tokoh-tokoh anti-kolonial dari berbagai belahan dunia.

Kehadirannya ikut menguatkan legitimasi perjuangan kemerdekaan dan memperkenalkan istilah "Indonesia" ke panggung internasional (ResearchGate, 2025).

Jadi, apa pelajaran yang bisa diambil? Solidaritas universal itu luhur. Dorongan untuk menentang penindasan patut diwariskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun