Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anatomi Penjarahan: Cermin Sosial, Politik, dan Kegagalan Menjaga Ketertiban

9 Oktober 2025   01:00 Diperbarui: 28 September 2025   18:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandingkan dengan Bangladesh pada 2024. Kekerasan di sana bernada retributif, muncul setelah jatuhnya Sheikh Hasina. Ini balasan brutal atas represi yang lama (International IDEA).

Massa memburu pejabat dan polisi. Museum Memorial Bangabandhu dihancurkan, sebuah simbol dinasti penguasa. Penjarahan di sini berubah menjadi hukuman mematikan. Hukum runtuh total di Bangladesh.

Kalau ditarik garis besar, penjarahan adalah cermin kegagalan negara. Ia menandai sistem yang kolaps.

Kekacauan itu membawa pesan yang jelas: masyarakat sudah sampai di titik jenuh.

Ketika hukum menghilang, ruang terbuka bagi perebutan makna kekuasaan. Kadang hadir sebagai simbol, kadang sekadar kesempatan. Sering kali, keduanya berjalan bersama.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun