Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Diplomasi Garang Sukarno dan Harga yang Dibayar Bangsa

24 September 2025   07:00 Diperbarui: 20 September 2025   17:13 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI Sukarno, President Filipina Macapagal, Perdana Menteri Malaysia Tuanku Abdul Rahman. (National Library of the Philippines via Kompas.com)

Arah politik luar negeri menjadi lebih garang, bahkan kerap terasa konfrontatif. Sukarno menilai corak diplomasi sebelumnya terlalu lembek dan lamban. Terutama soal Irian Barat.

Ia ingin suara Indonesia terdengar lantang dan disegani. Dari situ, haluan pun bergeser.

Indonesia makin merapat ke Blok Timur. Dan menempatkan diri sebagai penentang utama imperialisme serta kolonialisme.

Narasi ini terdengar sangat nasionalistis, dan memang masuk akal. Namun di baliknya ada lapisan lain.

Kebijakan luar negeri Sukarno yang berapi-api tidak hanya ditujukan ke luar. Ia juga memainkannya untuk kebutuhan politik dalam negeri.

Menjelang akhir 1950-an, dua kekuatan besar saling beradu. Yaitu Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia.

Sukarno mengambil posisi penyeimbang dengan konsep NASAKOM. Ia membutuhkan perekat yang bisa membuat keduanya bergerak dalam satu barisan (Tirto.id, 2021).

Perekat itu adalah "musuh bersama". Namanya "nekolim" atau neokolonialisme dan imperialisme.

Dari sini lahir slogan Ganyang Malaysia. Sebagai protes atas pembentukan Federasi Malaysia yang dianggap proyek neokolonial Inggris.

Dampaknya terasa luas. Energi politik nasional tersedot keluar. Faksi-faksi di dalam negeri yang tadinya saling sikut menjadi lebih reda untuk sementara (CNN Indonesia, 2023).

Dengan cara itu, politik luar negeri berfungsi ganda. Ke luar keras, ke dalam memperkuat pijakan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun