Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Benteng Digital Kita Adalah Tanggung Jawab Bersama

18 September 2025   07:00 Diperbarui: 14 September 2025   16:16 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keamanan cybersecurity. (DOK. Shutterstock via Kompas.com)

Dunia spionase berubah drastis. Dulu kita membayangkan agen berjas rapi dengan kacamata hitam. Sekarang, yang paling berbahaya justru beroperasi di ruang digital. Mereka tidak perlu menyelinap ke gedung, cukup laptop dan internet.

Dari situ, mereka bisa masuk ke hampir apa saja. Banyak kelompok peretas dikaitkan dengan negara dan dipakai sebagai alat konflik geopolitik modern.

Fenomena ini dikenal sebagai serangan siber negara. Dampaknya bukan teori, melainkan ancaman nyata yang menguji keamanan global (Council on Foreign Relations, 2023).

Tetapi hubungan antara peretas dan negara tidak sesederhana itu. Kita sering mendengar istilah 'peretas Cina'. Sebenarnya apa maknanya?Apakah mereka pasukan siber milik pemerintah? Bisa ya. Bisa juga bukan. Reuters mencatat munculnya gelombang 'peretas patriotik' yang beroperasi mandiri, tetapi tujuannya sejalan dengan kepentingan nasional (Reuters, 2022).

Mereka sangat terampil. Pemerintah mungkin mengetahui aksi-aksi mereka. Bahkan memberi dukungan diam-diam.

Mereka tidak bergerak di bawah komando formal. Melainkan sebagai aktor proksi yang tersembunyi dan sukar dilacak. Jadi label 'didukung negara' bisa punya banyak wajah. Tidak selalu hitam putih.

Motif mereka juga sering disalahpahami. Banyak orang memisahkan peretasan untuk politik dan untuk uang. Kenyataannya, dua hal itu sering bertumpang tindih.

CSIS menilai spionase ekonomi adalah bagian dari strategi negara, bukan pelengkap belaka (Center for Strategic and International Studies, 2021).

Bayangkan sekelompok peretas mencuri data perdagangan. Tindakannya spionase politik, tetapi informasinya memiliki nilai ekonomi yang sangat besar.

Negara yang memegangnya bisa meraup keuntungan miliaran dolar. Artinya, spionase politik juga mengejar tujuan ekonomi demi keunggulan industri nasional.

Ancaman ini kerap terasa jauh, padahal dampaknya sangat nyata. Serangan siber modern tidak hanya mencuri data.

Targetnya juga infrastruktur penting yang kita gunakan setiap hari. Contoh jelasnya terjadi pada 2015 ketika listrik di Ukraina padam akibat serangan peretas. Ratusan ribu orang kedinginan pada musim dingin itu (Wired, 2016).

Insiden tersebut mengingatkan kita bahwa layanan publik sangat rentan. Karena itu pemerintah membentuk CISA, lembaga yang bertugas melindungi infrastruktur kritis nasional (Cybersecurity & Infrastructure Security Agency).

Serangan terhadap sistem perbankan bukan fiksi. Begitu pula terhadap jaringan transportasi. Semua itu ancaman yang nyata dan harus dihadapi.

Melihat ancaman seperti ini, reaksi spontan kita sering menunjuk keluar. Menyalahkan peretas dari negara lain tidak keliru. Tapi tidak cukup.

Kita juga perlu bercermin. Seberapa kuat pertahanan digital kita sendiri? Banyak serangan berhasil bukan semata karena penyerangnya hebat. Melainkan karena pertahanannya rapuh.

Keamanan yang lemah adalah undangan terbuka. Kerentanan Ukraina menjadi pelajaran berharga bagi semua negara. Penyerang hanya memanfaatkan pintu yang tidak terkunci.

Waspada terhadap ancaman luar itu perlu. Dan membangun benteng di dalam sama pentingnya. Keamanan siber bukan urusan pemerintah saja. Ini tanggung jawab bersama agar layanan tetap aman.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun