Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebijakan Privasi Aplikasi Sebenarnya Tidak Adil bagi Pengguna

14 September 2025   19:00 Diperbarui: 8 September 2025   22:11 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keamanan data. (SHUTTERSTOCK/SURI_STUDIO via Kompas.com)

Hampir setiap hari kita menekan tombol "Setuju". Tombol itu muncul saat kita memasang aplikasi baru. Di balik satu klik itu ada dokumen panjang sekali bernama syarat ketentuan dan kebijakan privasi.

Jujur saja, hampir tidak ada yang benar-benar membaca. Kita ingin cepat memakai aplikasinya. Padahal satu klik itu punya konsekuensi besar. Kita sebenarnya menandatangani kontrak sepihak yang sering tidak seimbang.

Masalah utamanya jelas. Dokumen semacam ini tidak dirancang untuk dibaca. Ribuan kata yang berbelit, penuh istilah hukum, bikin pusing siapa pun. Bukan cuma perasaan. Beberapa penelitian sudah menunjukkan hal yang sama.

Ada satu studi yang bahkan menyebutnya kebohongan terbesar internet. Mereka sengaja menyisipkan klausul jebakan. Mahasiswa yang ikut uji coba tanpa sadar setuju. Ini temuan Obar & Oeldorf-Hirsch (2018).

Hasilnya sejalan dengan riset Pew Research Center. Pew menemukan mayoritas orang merasa bingung, merasa tidak punya kendali atas data, dan sangat sedikit yang membaca kebijakan privasi sampai tuntas. Itu laporan tahun 2019.

Kenapa perusahaan membuatnya seruwet itu? Ada yang menilai ini memang disengaja agar pengguna tidak benar-benar paham data apa saja yang diambil. 

Sebuah aplikasi bisa menulis klausul seperti ini: data dijual jika perusahaan bangkrut. Kalimatnya dibuat berputar-putar sampai makna aslinya kabur.

Inisiatif ToS;DR sering membedah hal seperti ini. Banyak pengguna juga tidak menyadari nilai data mereka sendiri. Seorang jurnalis pernah meminta salinan datanya dari Tinder. Balasannya? Dokumen 800 halaman berisi informasi yang sangat pribadi.

Laporan The Guardian tahun 2017 menuliskannya. Di sana ada data lokasi, daftar kontak, bahkan riwayat pencarian internet. Hal-hal sensitif itu dikumpulkan terus.

Tetapi menyalahkan pengembang saja tidak sepenuhnya adil. Banyak aplikasi bisa kita nikmati gratis karena model bisnisnya tidak menjual aplikasi di depan. Mereka mengandalkan data pengguna untuk periklanan yang lebih tepat sasaran. Dari situ uang mengalir.

Tanpa data, mungkin tidak ada lagi aplikasi gratis. Kita akan membayar untuk semuanya. Data juga dipakai untuk hal yang berguna, misalnya memperbaiki bug atau mengembangkan fitur baru. Jadi ada pertukaran nilai. Kita mendapat layanan gratis, mereka mendapat data pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun