Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Sunyi Manuela Escobar, Putri Sang Gembong Narkoba

12 September 2025   11:00 Diperbarui: 4 September 2025   23:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama besar seringkali menjadi sebuah beban. Beban itu terasa sangat berat. Apalagi jika terikat sejarah kejahatan. 

Inilah kenyataan pahit bagi anak-anak. Mereka anak tokoh kontroversial dunia. Mereka lahir tanpa memiliki dosa. Tapi mereka memikul warisan terpilih. 

Kisah Manuela Escobar contoh paling ekstrem. Kisah ini sungguh tragis sekali. Ia adalah putri dari Pablo Escobar. Ayahnya gembong narkoba terkenal (Biography.com, 2020). Hidupnya cerminan sebuah kutukan warisan.

Masa kecil Manuela penuh paradoks. Hal itu sangatlah mencengangkan sekali. 

Ia adalah putri kesayangan ayahnya. Ia dimanjakan dengan kemewahan mewah. Ayahnya selalu memberikan segalanya untuknya. 

Ada sebuah cerita yang sangat terkenal. Kakaknya sering mengisahkan cerita itu. Pablo Escobar membakar uang tunai. Jumlahnya sekitar dua juta dolar. Ia menjaga Manuela tetap hangat (Business Insider, 2015). 

Manuela pernah menginginkan seekor unikorn. Ayahnya lalu membeli seekor kuda. Anak buahnya menancapkan sebuah tanduk. Mereka juga memasang sayap palsu. 

Kisah ini menunjukkan lingkungan berbahayanya. Ia juga menderita gangguan pendengaran. Itu akibat dari sebuah serangan bom. Masa kecilnya sangat ekstrem sekali (All That's Interesting, 2023).

Pablo Escobar meninggal pada tahun 1993. Kematiannya bukan akhir penderitaan keluarga. Justru itu adalah sebuah awal baru. Babak baru itu penuh penghinaan. 

Manuela saat itu baru sembilan tahun. Tiba-tiba keluarganya menjadi buronan global. Mereka tidak hanya dikejar oleh hukum. Musuh ayahnya juga ikut mengejar mereka. 

Kekayaan mereka dilucuti habis-habisan. Itu sebagai ganti rugi perang narkoba. 

Setelah itu mereka mencari suaka. Pencarian suaka itu penuh keputusasaan. 

Banyak negara telah menutup pintu mereka. Dunia seolah sepakat menghukum anak-anak. Hukuman atas dosa ayah mereka.

Argentina akhirnya memberi mereka kesempatan. Kesempatan itu datang pada tahun 1994. 

Mereka menetap di kota Buenos Aires. Mereka hidup dengan identitas baru. 

Manuela menjadi Juana Manuela Marroqun. Ia pertama kali merasakan hidup normal. Ia bisa pergi bersekolah setiap hari. Ia bergaul dengan banyak teman sebayanya. Hidupnya sangat sederhana dan aman (El Tiempo). 

Namun kedamaian itu hancur berkeping-keping. Identitas asli mereka terbongkar media. 

Peristiwa itu memicu penangkapan keluarganya. Ibu dan kakaknya ditangkap polisi (Associated Press, 1999). 

Mereka akhirnya dibebaskan karena bukti kurang. Namun kerusakan besar sudah terjadi.

Peristiwa itu menjadi titik balik. Titik balik yang sangat menghancurkan. 

Manuela saat itu adalah seorang remaja. Ketakutan yang ia tekan kembali muncul. Dunia telah menemukannya sekali lagi. 

Sejak itu ia menarik diri. Ia menarik diri dari sorotan publik. 

Itu adalah sebuah keputusan drastis. Keputusannya kontras dengan keluarganya. 

Kakaknya Sebastin Marroqun memilih jalan lain. Ia menjadi seorang arsitek ternama. Ia juga aktif berbicara di publik. Ia menyebarkan pesan perdamaian (BBC News, 2014). 

Ibunya Victoria Henao juga maju. Ia menerbitkan sebuah buku memoar. 

Namun Manuela memilih jalan keheningan. Ia hidup dalam isolasi total.

Pilihannya memunculkan pertanyaan yang mendalam. Bisakah seorang anak lepas dari orangtuanya? 

Kisah Manuela seolah memberi jawaban pesimis. Ia mencoba menghapus nama keluarganya. 

Tapi dunia tidak pernah mengizinkannya pergi. 

Kehidupannya yang sunyi adalah bukti. Bukti nyata sebuah warisan dosa. 

Warisan itu terlalu berat ditinggalkan. Bayang-bayang kejahatan ayahnya sangat panjang.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun