Kalau ini dianggap normal, maka seluruh tim akan ikut meniru. Budaya interupsi akan menyebar dan jadi kebiasaan.
Kebiasaan ini nggak cuma merusak produktivitas. Tapi juga hubungan kerja. Komunikasi jadi satu arah. Dan kepercayaan makin menipis.
-
Solusi dari semua ini sebenarnya sederhana. Yakni komunikasi yang manusiawi.
Sebelum menelepon. Kasih tahu dulu lewat chat. "Saya telepon sebentar ya, mau bahas X."
Kalimat sesederhana itu bisa mengubah segalanya. Membantu karyawan menyiapkan diri. Dan merasa lebih aman.
Pemimpin yang sadar akan waktu dan emosi timnya. Cenderung membangun lingkungan kerja yang lebih sehat.
Mereka tahu kapan harus pakai telepon. Kapan cukup dengan pesan teks. Mereka tahu bahwa bukan soal bisa bicara kapan saja. Tapi soal tahu kapan harus diam. Dan memberi ruang.
Salah satu konsep yang bisa jadi pegangan adalah Media Richness Theory.
Teori ini menjelaskan. Bahwa komunikasi harus disesuaikan dengan konteks dan urgensinya. Untuk hal sederhana seperti konfirmasi dokumen. Cukup kirim pesan. Untuk isu kompleks yang butuh diskusi. Baru gunakan video call atau tatap muka.
Kalau pola komunikasi ini bisa diterapkan secara konsisten. Bukan cuma produktivitas yang meningkat. Kesejahteraan psikologis tim juga ikut naik.