Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dering Telepon Bos Bikin Jantung Deg-degan? Ini Masalah Serius yang Sering Diabaikan

22 Agustus 2025   05:00 Diperbarui: 21 Agustus 2025   17:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi telepon(Hassan OUAJBIR via Kompas.com)

Respons seperti jantung berdegup cepat. Konsentrasi buyar. Dan emosi terguncang adalah bentuk reaksi biologis terhadap potensi ancaman.

Dalam psikologi kerja, ini dikenal sebagai aktivasi respons stres. Otak otomatis bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Padahal mungkin bos cuma pengin tanya hal simpel.

Masalahnya, gangguan seperti ini bikin kita harus memutus alur kerja. Fokus yang tadinya mengalir lancar, jadi patah. Dan butuh waktu buat balik ke ritme semula. Interupsi kecil. Tapi efeknya nyata.

-

Fenomena cemas setiap kali menerima telepon. Terutama dari atasan. Disebut sebagai phone anxiety. Ini bukan istilah iseng. Tapi sudah diteliti secara serius.

Sebuah survei dari Face for Business (2024) menunjukkan. Bahwa 65 persen pekerja di Inggris merasakan kecemasan. Saat menerima telepon di tempat kerja.

Lebih mengejutkan lagi, justru generasi muda. Yang paling fasih soal teknologi digital. Jadi yang paling rentan terhadap hal ini.

Kenapa bisa begitu? Salah satunya karena komunikasi via telepon itu mendadak. Dan penuh ketidakpastian. Kita nggak tahu isi pesannya. Nadanya. Atau maksudnya. Ada rasa takut dinilai. Takut salah ngomong. Atau malah takut diminta hal di luar rencana.

Relasi kuasa antara atasan dan bawahan memperparah situasi. Banyak karyawan merasa nggak nyaman. Atau takut dinilai tidak profesional kalau nggak langsung angkat. 

Padahal, reaksi tersebut bisa berdampak ke kesehatan mental. Dan kualitas kerja secara keseluruhan.

-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun