Akibatnya warga bergantung pada jalur sungai. Jalur sungai jadi urat nadi utama. Jalur itu untuk transportasi logistik.Â
Tapi jalur ini penuh dengan risiko. Jalur sungai juga sangat berbahaya. Musim kemarau membuat sungai jadi surut.Â
Permukaan Sungai Mahakam surut drastis. Kapal pengangkut sembako tak bisa lewat.Â
Kondisi ini sebabkan barang jadi langka. Harga kebutuhan pokok jadi sangat melambung.
Situasi ini memunculkan sebuah pertanyaan. Pertanyaannya sangat mendasar juga krusial.Â
Ke mana aliran dana kekayaan alam?Â
Dana itu berasal dari alam Kaltim. Pemerintah daerah sering menyuarakan keprihatinan.Â
Mereka prihatin soal dana bagi hasil. Alokasi dana bagi hasilnya sangat kecil.Â
Ada persepsi kuat soal kontribusi. Kontribusi triliunan rupiah terasa sia-sia. Balasan yang diterima tidak sepadan.Â
Isu ketimpangan ini jadi perhatian pusat (Kementerian Keuangan). Perasaan ketidakadilan ini tumbuh subur.Â
Perasaan itu ada di akar rumput. Suara warga biasa menyuarakan sentimen.Â