Ia menciptakan lagu untuk Soeharto. Ia juga ikut kampanye Golkar (Kaltim Post, 2024). Banyak orang melihat ini hal biasa. Namun ini adalah cerminan pilihan.Â
Sebuah pilihan cerdas di politik rumit. Di masa itu ia menjaga hubungan. Hubungan baik dengan para pemerintah. Itu strategi untuk bertahan hidup.Â
Itu memastikan karier seninya berjalan. Kariernya berjalan tanpa ada hambatan. Ini bukanlah sebuah tanda oportunisme. Ini adalah bukti kecerdasan seniman. Ia cerdas menavigasi medan sulit.
Ada anggapan ia tanpa pesaing. Anggapan ini perlu kita luruskan. Ini demi gambaran yang lebih adil. Gambaran adil sejarah musik Indonesia.Â
Pada era emasnya panggung musik ramai. Banyak penyanyi wanita hebat lainnya. Contohnya Lilis Suryani dan Tetty Kadi. Juga ada nama Ernie Djohan (Cantika, 2022).Â
Persaingan di antara mereka ketat. Namun Titiek Puspa berhasil menonjol. Karena ia punya paket komplit. Ia punya suara yang sangat merdu.Â
Karisma panggungnya juga sangat memukau. Gaya bernyanyinya pun sangat unik. Jadi ia bukan tak punya saingan. Ia hanya menemukan jalur sinarnya. Ia menguasai jalur sinarnya sendiri.
Pada akhirnya ia lebih dari diva. Titiek Puspa adalah pejuang tangguh. Sejak kecil ia melawan penyakit. Lalu ia melawan stigma yang negatif.Â
Stigma negatif profesi seorang penyanyi. Ia juga perekam zaman ulung. Lagu "Kupu-Kupu Malam" buktinya. Lagu itu terinspirasi kisah nyata. Kisah seorang pekerja seks komersial. Itu bukti kepekaannya (Liputan6, 2024).Â
Ia mampu memotret sisi kelam. Ia memotretnya dengan penuh empati. Ia adalah sosok perempuan pendobrak. Ia membuktikan wanita bisa sukses.Â
Sukses di puncak industri hiburan. Kita harus melihatnya dari banyak sisi. Sosoknya menjadi sangat kaya. Sosoknya juga menjadi lebih inspiratif.