Gagasan tentang Republik Indonesia kini telah berusia seabad. Ide besar ini tidak lahir begitu saja. Ide tersebut bukan dari satu kepala saja. Sebab banyak pemikir ikut andil di dalamnya.Â
Mereka ikut serta dalam pergerakan nasional. Namun, satu nama seringkali sangat menonjol. Ia kemudian mendapat sebuah julukan khusus. Nama orang itu adalah Tan Malaka. Dia dikenal sebagai "Bapak Republik yang dilupakan" (Rowland Pasaribu, 2013).
Gelar ini muncul langsung dari karyanya. Karyanya berjudul Naar de Republiek Indonesia. Itu berarti 'Menuju Republik Indonesia'. Karya tersebut terbit pada tahun 1925 (Bumipancasila.id; Tirto.id, 2022).Â
Buku itu ditulisnya di Canton, Cina. Buku ini telah mendahului tulisan tokoh lain. Ada banyak tokoh pergerakan lainnya. Misalnya, Indonesia Vrije karya Mohammad Hatta.Â
Karya itu terbit pada tahun 1928. Lalu ada buku Menuju Indonesia Merdeka. Itu adalah tulisan Soekarno tahun 1933 (Kompasiana, 2022; Kumparan, 2024).Â
Karena kronologi ini, banyak pihak berpikir. Mereka menganggap Tan Malaka orang pertama. Ia merumuskan konsep sebuah republik. Konsep itu dirumuskan secara sistematis. Semua gagasan tertuang dalam bentuk buku.
Meskipun demikian, ada pandangan lain. Tan Malaka bukan pencetus tunggal. Ide republik perlu diperiksa lebih lanjut.Â
Ide sebuah republik sebenarnya sudah berkembang. Ide itu ada di banyak kalangan pergerakan. Perkembangan itu terjadi sebelum tahun 1925. Organisasi Sarekat Islam telah membicarakannya (Kompasiana, 2022; Wikipedia).Â
Namun, Tan Malaka punya peran penting. Ia menyusun gagasannya dengan sebuah kerangka. Kerangkanya adalah ideologi Marxisme yang kuat.Â
Ini membuat idenya menjadi lebih radikal. Idenya juga terlihat menjadi lebih terstruktur.Â
Konsepnya seperti massa actie sangat berpengaruh. Massa actie artinya adalah 'aksi massa'. Konsep itu bahkan dikutip oleh Soekarno.Â