Selain itu, akses petani terbatas. Akses terhadap teknologi dan modal. Banyak petani menggarap lahan tradisional. Hal ini menghambat produktivitas mereka. Peningkatan produktivitas menjadi terhambat.
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh. Ketersediaan pupuk adalah faktor penentu. Begitu pula pestisida dan benih.Â
Sistem irigasi yang baik penting. Harga jual produk stabil juga penting. Tanpa dukungan kebijakan yang komprehensif. Kemakmuran petani tidak akan berkelanjutan. Akibatnya, kemandirian pangan jadi angan-angan.
Beberapa inisiatif telah banyak dilakukan. Tujuannya menarik minat generasi muda.Â
Ada program beasiswa bagi mereka. Juga pendampingan untuk anak petani. Ada juga kisah sukses petani muda. Mereka mampu tingkatkan nilai tambah.Â
Dengan mengelola pemasaran produk sendiri. Ini menunjukkan potensi besar pertanian. Jika ada inovasi dan manajemen baik.
Vietnam bisa menjadi contoh baik. Vietnam berhasil jadi pengekspor beras. Salah satu yang terbesar di dunia. Volume ekspornya 8,13 juta ton. Tercatat pada tahun 2023 lalu (VOV World, 2023; Antara News, 2023).Â
Keberhasilan mereka bukan karena dukungan. Dukungan kepada para petani saja. Tetapi juga berkat reformasi agraria.Â
Reformasi signifikan bernama Doi Moi. Terjadi pada tahun 1986 silam. Ini mengubah sistem pertanian kolektif. Menjadi sistem berbasis pasar bebas (Konsorsium Pembaruan Agraria; Jurno.id).Â
Mereka juga fokus diversifikasi produk. Ada juga investasi pada infrastruktur. Serta dukungan kuat pada teknologi. Juga pendidikan dan riset pertanian.
Pelajaran dari Vietnam sangat jelas. Kemandirian pangan tidak hanya bergantung. Tidak bergantung pada petani makmur.Â