Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewujudkan Kemandirian Pangan Bukan Sekedar Menyejahterakan Petani Saja

14 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 26 Juli 2025   23:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani(SHUTTERSTOCK.com/FENLIOQ via Kompas.com)

Data telah menunjukkan sebuah fakta. Sekitar 70% petani berusia lanjut. Rata-rata usia mereka 55 tahun. (Metro TV News; eprints2.undip.ac.id). 

Pemerintah sudah berupaya mengatasinya. Melalui berbagai program yang ada. 

Contohnya program "Petani Milenial". Ada juga pelatihan kewirausahaan. Pemerintah menggelar wisuda politeknik pertanian. Ini untuk mendorong regenerasi petani (Kementerian Pertanian). 

Jika tren ini terus berlanjut. Tanpa adanya intervensi yang kuat. Indonesia akan menghadapi krisis besar. Krisis tenaga kerja sektor pertanian. Krisis ini mengancam produksi pangan. Produksi pangan nasional kita terancam.

Menyatakan kemakmuran petani wujudkan kemandirian. Adalah sebuah penyederhanaan yang berbahaya. 

Kemandirian pangan tidak terjadi otomatis. Kemakmuran petani memang sangat krusial. Petani sejahtera akan lebih termotivasi. Mereka termotivasi berinvestasi pada lahan. Juga pada berbagai teknologi pertanian. 

Namun kemandirian pangan punya faktor lain. Faktor lain ini sangat banyak.

Misalnya masalah alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan pertanian masif. 

Setiap tahun ribuan hektar lahan hilang. Lahan produktif berubah jadi pemukiman. Juga menjadi kawasan industri besar. Lajunya 102.000 hektar per tahun (Itjen Pertanian). 

Data lain dari BPS dan KSP. Juga menunjukkan angka yang signifikan. Yaitu 50.000 hingga 80.000 hektar. Lahan hilang ini setiap tahunnya. 

Ini jelas mengurangi kapasitas produksi. Kapasitas produksi pangan nasional (Kemenkeu; Detik.com). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun