Situs Kota Raya Lembak sendiri sangat tua. Beberapa artefak di sana sangat kuno. Usianya diperkirakan 1.000 hingga 1.400 tahun. Ini berdasarkan penanggalan radiokarbon.Â
Data ini didapat dari penelitian penting. Penelitian oleh Balai Arkeologi Palembang dan LIPI. Ini menunjukkan usia situs Pasemah signifikan (ANTARA News, 2010, Kompas, 2010).
Selain arca, ada juga temuan lukisan. Lukisan ditemukan di dalam bilik batu. Temuan ini terbilang sangat unik. Lukisan prasejarah biasanya berusia lebih tua.Â
Lukisan ini ada di Situs Kota Raya Lembak. Lukisannya menampilkan kerbau bertanduk dan burung hantu. Bahkan ada yang mirip bentuk naga. Apa makna lukisan-lukisan ini? Maknanya masih jadi perdebatan para peneliti (Tirto).
Si Pahit Lidah: Mitos vs. Sejarah
Di Pasemah, ada cerita sangat terkenal. Cerita itu tentang Si Pahit Lidah. Ia juga dikenal sebagai Serunting Sakti. Ini adalah seorang tokoh mitos.Â
Ia dianggap sebagai nenek moyang. Terutama oleh orang di dataran tinggi. Tepatnya di Sumatera bagian selatan.Â
Mitos ini menyebar sangat luas sekali. Terutama di kaki Gunung Dempo. Wilayahnya meliputi Lahat dan Pagar Alam. Juga Empat Lawang, bahkan sampai Lampung. Sampai juga ke wilayah Bengkulu.Â
Masyarakat Besemah sangat percaya padanya. Mereka bahkan menyebut megalit itu berbeda. Megalit disebut sebagai perbuatan Si Pahit Lidah. Konon, ia bisa mengutuk orang jadi batu (Tirto, Giwang Sumsel).
Penting untuk diingat hal berikut. Keterkaitan mitos Si Pahit Lidah ini. Keterkaitannya dengan tinggalan megalitik tersebut. Ini adalah interpretasi masyarakat lokal.Â
Ini cara masyarakat menjelaskan benda kuno. Mitos adalah bagian dari tradisi lisan. Tradisi yang memberi identitas budaya. Bukan sebuah catatan sejarah harfiah.
 Tidak ada bukti arkeologis atau historis. Bukti yang menunjukkan Si Pahit Lidah nyata. Atau bahwa ia benar-benar menciptakan megalit (Tirto).