Selain itu, klaim "kepastian tarif 19 persen" perlu dicermati.Â
Sejarah kebijakan Trump menunjukkan fluktuasi ekstrem. Kebijakannya seringkali tidak dapat diprediksi.Â
Apa yang menjamin tarif ini tidak akan naik lagi? Jika ada perubahan dinamika politik di AS. Atau jika AS merasa Indonesia tidak memenuhi harapan mereka.Â
Ketergantungan pada hubungan personal antar kepala negara. Ini menciptakan ketidakpastian inheren.Â
Kepastian didasarkan pada keinginan seorang pemimpin. Bukan pada aturan multilateral yang kuat.Â
Ini adalah kepastian yang rapuh. Kepastian yang juga fana.Â
Perlu dicatat pula pemberlakuan tarif ini. Seperti halnya mekanisme pembelian. Masih menunggu pengumuman resmi bersama. Dari kedua belah pihak.
Membeli Akses Pasar yang Seharusnya Adil?
Artikel tersebut juga menyebutkan adanya MoU pembelian. Pembelian produk AS. Nilainya sebelumnya disebut "$34 miliar". Dan investasi "$10 miliar."Â
Namun, menurut sumber resmi Trump, komitmen disepakati US$15 miliar. Untuk energi. Dan US$4,5 miliar untuk pertanian (Antara News, 2025; Al Jazeera, 2025).Â
Ini sebagai penawaran dari Indonesia. Meskipun diklaim dilakukan melalui mekanisme bisnis-ke-bisnis.Â
Pertanyaan besar pun muncul. Apakah ini benar-benar transaksi murni bisnis? Atau justru kompensasi yang harus dibayar Indonesia? Untuk meredakan tekanan tarif?