Secara ideal, negosiasi perdagangan harusnya dijalankan menteri. Juga oleh para teknokrat ahli. Ahli di bidangnya. Berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi rasional. Juga berdasarkan data yang objektif.Â
Intervensi langsung kepala negara. Seharusnya menjadi sebuah pengecualian. Bukan menjadi sebuah aturan.Â
Ketika Presiden harus turun langsung. Membicarakan tarif dagang. Ini bisa diartikan lain.Â
Mekanisme diplomatik dan birokratis tidak cukup kuat. Atau tidak dihormati pihak lawan.Â
Presiden Trump dikenal dengan pendekatannya. Pendekatan yang unilateral. Ia sering mengabaikan norma-norma diplomatik.Â
Fakta komunikasi harus mencapai dan dilakukan level tertinggi pimpinan. Ini bisa jadi cerminan. Cerminan rapuhnya hubungan ekonomi internasional.Â
Kebijakan dipengaruhi oleh personalitas. Juga oleh dinamika politik. Bukan oleh prinsip-prinsip multilateral.
Jika ini adalah "new normal," ini normal yang tidak efisien. Normal yang juga rentan.Â
Keterlibatan kepala negara menguras modal politik. Juga menguras waktu. Waktu yang seharusnya untuk isu-isu domestik. Isu-isu yang mendesak.Â
Lebih jauh, ini berpotensi melemahkan peran institusi. Juga melemahkan keahlian kementerian teknis. Padahal itu seharusnya menjadi fondasi kebijakan. Kebijakan luar negeri dan ekonomi.Â
Apakah kita akan terus berharap keajaiban? Keajaiban komunikasi personal setiap ada masalah? Masalah perdagangan yang krusial?Â