Ide liburan hemat yang sarat nilai budaya, edukatif, dan menyentuh. Tanpa harus pergi jauh atau mahal.
Kadang kalau sudah suntuk dengan rutinitas harian. Pikiran ini otomatis mencari celah buat refreshing. Bawa anak-istri jalan-jalan. Menghirup udara segar.Â
Refreshing rasanya jadi kebutuhan primer ya sekarang? Bukan sekadar keinginan. Tapi begitu mulai hitung biayanya. Semangat ini sering kempis duluan.
Sebagai seorang PNS dengan penghasilan yang alhamdulillah. Cukup untuk bertahan hidup. Liburan yang 'wah' tetap saja perlu perencanaan matang.Â
Saya sering bertanya pada diri sendiri. Apa iya esensi liburan itu harus selalu diukur dari seberapa jauh destinasi? Atau seberapa mahal biayanya? Jangan-jangan, ada harta karun tersembunyi di sekitar kita yang selama ini terlewatkan?Â
Solusi Wisata "Anti Boncos" dan Inklusif
Belakangan ini, saya lumayan mencari alternatif wisata yang murah. Dan ternyata banyak sekali ide liburan hemat, bahkan gratis. Yang justru menawarkan pengalaman lokal dan budaya.Â
Dari pemahaman saya, ini bukan cuma soal 'ngirit'. Tapi soal cerdas memilih. Memilih pengalaman yang otentik. Tanpa bikin kepala pening. Karena mikirin tagihan pasca liburan. Kantong aman. Tapi jiwa dan pikiran tetap ringan.
Saya melihatnya begini. Solusi wisata anti boncos, yang mengedepankan pengalaman lokal dan budaya ini. Adalah angin segar. Terutama buat aspiring middle class seperti saya.Â
Sebuah pendekatan yang inklusif. Siapa saja bisa menikmati. Mau itu mahasiswa dengan bujet terbatas. Keluarga middle class lainnya. Bahkan para pensiunan yang ingin mengisi waktu.Â
Kapan saja bisa dilakukan. Tak perlu menunggu momentum libur panjang nasional. Yang paling melegakan. Bisa di mana saja.Â