Serial Adolescence membuka mata soal anak dan gadget, saat keluarga dan negara mulai turun tangan.
Saya jadi ingat serial Adolescence di Netflix yang lagi banyak dibahas orang. Ceritanya soal anak-anak dan remaja. Mereka hidup di zaman penuh HP, media sosial, dan internet cepat.
Tapi yang bikin kaget, cerita itu mirip banget sama kehidupan kita. Rasanya kayak ngelihat rumah sendiri di layar.
Sebagai orangtua, serial ini ngajak kita mikir. “Sebenernya kita ini hadir nggak sih buat anak-anak kita? Atau udah kalah sama layar?”
Pertanyaan ini makin nyentil pas saya baca data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024.
Ternyata 39,71% anak kecil di Indonesia sudah pakai HP sendiri. Dan 35,57% dari mereka sudah bisa buka internet. Mereka belum sekolah, tapi udah keliling dunia maya.
Ketika Larangan Tak Lagi Cukup
Beberapa orang tua bilang, “Ya udah, jangan dikasih HP aja.” Tapi hidup nggak semudah itu.
Sekarang teknologi ada di mana-mana. Anak lihat kita pesen makanan lewat aplikasi. Lihat kita kerja dari laptop. Denger lagu di YouTube. Jadi, cuma melarang tanpa ngajarin itu nggak cukup. Nggak bakal ngefek.
Menurut National Association for Media Literacy Education (NAMLE), ada cara yang bisa dicoba. Namanya prinsip “6 Es”. Engage, Explore, Explain, Examine, Evaluate, dan Express.
Gampangnya, ajak anak ngobrol soal apa yang mereka tonton. Jangan langsung marah. Tanya mereka, kenapa suka tontonan itu? Jelaskan baik-buruknya. Latih anak supaya bisa mikir sendiri soal konten digital.