Dengan membatalkan Halalbihalal. Ia mengirimkan pesan bahwa pejabat negara tidak boleh terlena dengan kemewahan seremoni. Melainkan harus lebih membumi. Â
Tapi apa pesan ini benar-benar sampai? Â
Teladan Pemimpin Â
Keputusan ini menciptakan efek domino. Pejabat di pusat dan daerah, yang biasanya mengadakan Halalbihalal dengan format besar. Ikut membatalkan acara mereka.Â
Dalam Berita Harian, disebutkan bahwa pembatalan ini menyebabkan perayaan Lebaran di kalangan birokrat terasa "sepi". Dibanding tahun-tahun sebelumnya. Â
Dari segi moral. Langkah ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menanamkan nilai kesederhanaan. Seorang pemimpin harus memberi contoh dulu. Jika ingin rakyatnya mengikuti.
Kritik langkah ini juga muncul.Â
Dalam Tempo.co, disebut bahwa pembatalan Halalbihalal tidak serta-merta membuat pejabat lebih sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Justru, banyak yang melihat ini sebagai simbolisme belaka.Â
Sebuah keputusan yang tampak besar. Tapi tidak membawa perubahan nyata dalam cara pejabat menjalani hidup mereka. Â
Halalbihalal tetap kembali di tahun-tahun berikutnya. Artinya, meski Soeharto sempat menghentikannya. Tradisi ini tidak benar-benar hilang. Â
Kesederhanaan yang Menginspirasi? Â
Jika ada satu pelajaran yang kita ambil dari keputusan Soeharto.Â
Itu adalah bagaimana sebuah tradisi. Sekokoh apapun, tetap bisa dipertanyakan dan diubah. Halalbihalal yang mendarah daging di Indonesia. Ternyata bisa saja ditiadakan. Meski hanya untuk sementara. Â