Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Di Tengah Laut, Perempuan Pulau Maringik Kesulitan Air Bersih

3 Oktober 2025   09:56 Diperbarui: 3 Oktober 2025   13:29 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Maringkik jejerkan bak dan jerigen untuk air bersih (Foto, Ahyar ros)

Cerita yang sama juga alami, Na Ima, (64) tahun, warga Pulau Maringkik Selatan. Menurutnya, dulu air PDAM kerap macet, lantaran pipa bawah laut mengalami kebocoran. Sulitnya akses air bersih di Pulau Maringkik telah ia lalui sejak tahun 1970-an. Kala itu, ia baru saja berusia 11 tahun dan masih duduk dibangku sekolah dasar (SD).

Siang itu, perempuan yang akrab disapa pegiat kain tenun Maringkik tersebut sedang duduk di berugak (gazebo) berukuran 2x2 meter. Dapurnya berjarak sekitar 5 meter dari rumah panggung yang sedang ia bangun.

Dapur itu berukuran sekitar 4x6 meter persegi dan berdinding pagar bambu. Di dalamnya berjejer, jeriken berisi 30 liter, bak karet isi 20 liter dan tandon penampungan air warna hitam dengan isu 350 liter. Semuanya, berisi air bersih dari PDAM.

"Rentang satu tahun terakhir ini, air tak pernah macet, tapi tetesannya kecil sekali," tuturnya.

Menurut Na Ima, kondisi debit air PDAM yang terbatas membuat ia dan keluarganya harus serba irit menggunakan air bersih. Na Ima dan suaminya berharap agar pemerintah setempat memperhatikan akses air bersih bagi warga warga Pulau Maringkik. Minimnya akses air bersih tersebut sangat menyulitkan kelompok perempuan, lansia dan anak-anak Pulau Maringkik.

"Pemerintah telah menyediakan akses air bersih, tapi belum maksimal. Terutama untuk kebutuhan perempuan lansia dan anak-anak," ujar

Tak hanya keluarga Na Ima yang kesulitan akses air bersih, ribuan perempuan yang di Maringkik, menceritakan pengalaman yang serupa. Menurut dia, air bersih di Maringkik menjadi barang sulit. Karena terbatas, ia bersama warga Maringkik harus memanfaatkan air sumur dan hujan atau membeli air isi ulang ke Tanjung Luar.    

Di Pulau Maringkik hanya terdapat satu sumur yang menjadi air tawar. Namun aliran air tawar tak selalu bisa diandalkan. Kerap kali sumurnya, terisi air asin. Sehingga warga setempat tak punya pilihan untuk menggunakan air sumur di masing-masing rumah mereka.

Selain dari air sumur, warga juga menampung air hujan dari penampung air buatan yang tersambung lansung ke talang air di atap semua rumah. Namun musim hujan tak selalu datang setiap waktu.

Zaenab, (42) tahun, perempuan Pulau Maringkik asal Kecamatan Masbagik tak punya pilihan lain selain menunggu air PDAM dan mengambil air dari sumur. Sementara air hujan jadi pilihan terakhir. Menurutnya, air sumur tak seasin air laut.  

"Kebutuhan air, bagi perempuan di Maringkik sangat banyak, jika ada air sumur dan hujan, baru kami pakai buat mencuci. Sedangkan air PDAM untuk masak dan mandi keluarga," ujar Zaenab saat mengambil air di sumur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun