Perjalanan semakin menarik ketika kami melewati jalur pegunungan. Angin sepoi-sepoi menemani, tetapi tanjakan curam dan tikungan tajam membuat kami harus waspada.
"Gas terus atau rem dulu nih?" celetuk Arda yang hampir kehilangan keseimbangan saat menikung.
Untungnya, kami semua sudah terbiasa berkendara jauh, jadi perjalanan tetap aman. Namun, tantangan terbesar justru datang saat motor Bangkit tiba-tiba mogok di tengah jalan.
"Kenapa bisa tiba-tiba mati begini?" keluhnya panik. Kami pun berusaha membantunya menyalakan kembali motornya. Setelah dicek, ternyata bensinnya hampir habis! Beruntung, ada warung bensin eceran tidak jauh dari tempat kami berhenti.
Momen Haru: Akhirnya Sampai di Kampung Halaman
Setelah beberapa jam berkendara, akhirnya kami memasuki wilayah Banyumas. Aroma khas tanah Ngapak mulai terasa, dan papan bertuliskan "Selamat datang Kabupaten Banyumas, Banyumas Satria" menyambut kami dengan hangat.
"Sudah sampai nih! Gimana rasanya akhirnya pulang?" tanya Zeva dengan senyum lebar.
Perasaan lelah langsung sirna digantikan kebahagiaan. Saya bisa membayangkan wajah ibu yang akan menyambut saya dengan senyum hangatnya. Bangkit sudah tidak sabar ingin menikmati tempe mendoan buatan ibunya. Zeva dan Arda bercanda tentang siapa yang akan mendapat sambutan paling meriah dari keluarga mereka.
Kesimpulan: Mudik, Lebih dari Sekadar Perjalanan
Mudik kali ini bukan hanya soal pulang kampung, tapi juga tentang kebersamaan, perjuangan, dan cerita seru yang akan terus kami kenang. Dari perjalanan ini, kami belajar banyak hal kesabaran di jalan, pentingnya persiapan, dan betapa berharganya momen ketika akhirnya bertemu keluarga.