Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fiksi Mini: Wanita-wanita yang Kucintai #2

26 Juli 2010   08:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_205107" align="alignleft" width="212" caption="sumber: howfuckingromantic.wordpress.com"][/caption]

"Maaf ya, Rasti maunya berteman saja" seru Novi.

Jawaban itu yang kuingat pertama kali ketika mengarungi gorong-gorong kelam alam bawah sadarku. Walau perih, aku paksakan untuk melangkah sekedar mencari jawab "benarkah ia tak suka padaku?". Berkali-kali aku tersesat menuju ketidakaslian memori. Tatapannya yang memanggil, senyumannya yang berpartiture sampai tingkah-lakunya yang beda.

"Tahukah kamu cinta keduaku, aku masih penasaran dengan jawaban suratku?". Ketika itu, aku bersusah-payah menulis surat buatmu di mesin ketik. Selamat buat teman dekatku yang berhasil menjadi perayu picisan. Karena temankulah aku menulis surat itu. Saat ini bila ku putar kembali piringan hitam otak yang beredisi kamu, aku tertawa. Hanya karena isyarat terbuka darimu, aku berani menjadi lelaki. Tanpa cuap kata, tampa saling bersimbiosis.

Kalau mengikuti alur itu, jelas memang aku tertolak. "Tetapi, mengapa kau berani memberi ayat kepadaku?" Berawal dari depan kelasku, ketika kita SMP, kau mengejutkanku dengan tatapan itu. Tatapan yang membuat hatiku merekah. "Siapa dia?" Bibir bawahnya yang penuh seperti lelehan moccacino setengah padat, untaian jari-jemari yang selalu menyibak titian-titian hitam di telinganya dan kulit kuningnya bagai hamparan kulit jagung siap panen yang mengambang di kejernihan sungai. Lalu, melalui teman, aku mengenal namamu, nama kelompok akrabmu, tanggal lahirmu, nama ayahmu serta nomor telepon rumahmu. Dulu, itu semua begitu indah diraih tertempel dalam ingatanku.

"Tahukah kamu cinta keduaku, aku masih penasaran dengan jawaban suratku?". Surat yang kubuat hanya sampai pada teman kelompok akrabmu. Situasi yang bodoh sekali saat itu. Temanmu sangat lancang, membacakan surat suciku di depan teman-teman kelas. Sedangkan kau hanya membisu sama seperti aku yang berada di kejauhan. Seingatku, aku hanya tertunduk menyerah kalah. Belakangan aku mengerti, kau adalah seorang magnet dari Padang. Pantas banyak lelaki yang menyukai kau. Saat surat itu terkoyak oleh tangan temanmu, ternyata kau sudah lama mendua. "Tetapi, mengapa kau berani memberi ayat kepadaku?"


Saat ini empat belas tahun sudah, tiba-tiba aku menemukanmu di kotak maya. Kau sudah secara resmi mendua dan mempunyai seorang putra. Aku bersyukur, titian-titian hitammu suda terlindungi oleh syariat. Pantaskah aku bertanya kembali,  "Tahukah kamu cinta keduaku, aku masih penasaran dengan jawaban suratku?".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun