Dalam kehidupan sehari-hari, kita begitu mudah berbicara. Entah kepada keluarga, teman, rekan kerja, bahkan di media sosial. Tapi pernahkah kita benar-benar memikirkan, sejauh mana ucapan kita bisa berdampak?
Dalam Islam, lisan bukan hanya alat komunikasi---ia adalah amanah. Lisan bisa menjadi penyelamat, namun juga bisa menjadi sumber kebinasaan. Bahkan, Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapan Biasa, Dampak Luar Biasa
Kadang, kita mengucapkan sesuatu yang menurut kita sepele---sekadar candaan, atau komentar iseng. Tapi dalam Islam, tidak ada kata yang benar-benar sepele jika itu menyangkut akhlak dan hati orang lain.
Rasulullah SAW mengingatkan:
...
"Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah, yang ia anggap remeh, namun karena itu Allah menuliskan kemurkaan-Nya hingga hari ia bertemu dengan-Nya."
(HR. Tirmidzi)
Bayangkan, hanya satu kalimat bisa menjadi sebab murka Allah. Lalu bagaimana dengan ribuan kata yang kita tulis dan ucapkan setiap hari?
Jenis-jenis Penyimpangan Lisan
Berikut ini beberapa bentuk ucapan yang dapat merusak amal:
Ghibah: membicarakan aib orang lain meski itu benar.
Namimah: mengadu domba, menyampaikan omongan untuk memecah belah.
Dusta: menyampaikan informasi yang tidak benar, termasuk hoaks.
Ucapan kotor atau menghina: bisa melukai harga diri orang lain.
Mengumbar janji palsu atau bersumpah palsu.
Semua ini mungkin terasa kecil, tapi jika dilakukan terus menerus, dampaknya bisa sangat besar---baik secara sosial maupun spiritual.
Lisan yang Mengangkat Derajat
Sebaliknya, ucapan yang baik bisa menjadi ladang pahala.
"Ucapan yang baik adalah sedekah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ya, senyum saja bernilai sedekah, apalagi ucapan yang menenangkan hati orang lain, menyemangati teman, atau menyampaikan salam damai. Seringkali, satu kalimat penyemangat bisa mengubah hari seseorang. Bahkan bisa menyelamatkan niatnya yang hampir putus asa.
Menjaga Lisan di Zaman Digital
Hari ini, menjaga lisan tidak hanya soal apa yang keluar dari mulut, tapi juga apa yang kita tulis dan sebarkan di media sosial.
Komentar pedas, ujaran kebencian, caci maki dalam debat online---semua itu sama dengan lisan yang tak terkendali. Justru saat ini, kita dituntut lebih waspada, karena jari-jari kita bisa menuliskan dosa sebagaimana lisan mengucapkannya.
Cara Melatih Menjaga Lisan
Pikirkan sebelum bicara: "Apakah ini benar, perlu, dan baik?"
Perbanyak dzikir dan membaca Al-Qur'an agar hati menjadi lembut.
Hindari perdebatan tak penting, baik langsung maupun daring.
Tahan diri saat emosi---diam lebih menyelamatkan.
Rasulullah SAW pernah menasihati sahabat Mu'adz bin Jabal:
-- --
"Tahanlah ini!" (sambil beliau memegang lidah beliau sendiri).
(HR. Tirmidzi)
Artinya, keselamatan seseorang sangat tergantung pada bagaimana ia menjaga lidahnya.
Penutup
Saudaraku, mari kita mulai dari hal kecil: menjaga lisan kita setiap hari. Jangan sampai satu kata menjerumuskan kita ke neraka. Jadikan lisan kita sebagai jalan menuju ridha Allah, bukan jalan menuju murka-Nya.
Satu kalimat bisa menenangkan.
Satu kata bisa menyelamatkan.
Dan satu ucapan bisa menjadi tiket menuju surga.
Jaga lisan. Jaga hati. Jaga diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI