Mohon tunggu...
YUDIAR ARRASYID
YUDIAR ARRASYID Mohon Tunggu... Guru - Guru Kehidupan, Social Helper.

Tertarik pada bidang pendidikan, psikologi dan Parenting

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beasiswa ke Bandung

2 Februari 2023   10:33 Diperbarui: 2 Februari 2023   10:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlintas dibenakku, teringat pada salah satu temanku yang pernah merasakan sakit dan pedihnya ketika tidak lulus, seketika itu dia juga dimarahi orang tuanya, di tengah keramaian hari kelulusan. "Dasar bodoh, itulah akibatnya kalau kamu tak pernah mendengar nasihat orang tua, disuruh belajar malah keluyuran, dasar anak nakal, pembantah, mau jadi apa kamu nanti, kalau ujian saja tidak lulus". 

Itulah yang dirasakan Yuda saat itu, "sudah jatuh, tertimpa tangga", itulah kiranya ungkapan yang tepat untuknya saat itu. Aku mencoba tidak ingin mengingat semua itu terlalu jauh. Karena disamping itu, aku tidak ingin mengingat hal pahit saat aku tidak lagi didampingi ayahku untuk menerima raport ataupun kelulusan. Kadang aku merasa iri, di saat teman-temanku didampingi orang tuanya, aku hanya ditemani kakak perempuanku.

Ingatan tentang peristiwa itu tiba-tiba bergejolak kembali, kecelekaan yang menimpa ibu dan ayahku seminggu sebelum aku menerima raport kelas VII SMP. Tepat saat hari kenaikan kelas itu lah, ayahku menghembuskan napas terakhirnya. 

Seluruh detail peristiwa itu mampu kutelusuri kembali, aku seakan hanya bercerita pada diriku sendiri, tak ada yang tau memang tentang perasaanku saat itu, yang jelas, aku hanyalah anak kecil yang belum begitu paham tentang sebuah perpisahan. 

Perpisahan antara seorang ayah dengan istri dan anak-anaknya. Perpisahan abadi, di mana kami tak bisa lagi melihat perjuangan seorang ayah yang berjuang untuk membahagiakan anak-anaknya. Belum sempat adikku mencicipi kasih sayang dari ayahku, karena saat itu usia adikku baru menginjak dua tahun. Aku mungkin masih polos, namun hatiku tak dapat berdusta, kalau sebenarnya aku sedih dan tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun