Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muhammad sebagai Nabi dan Negarawan

8 Januari 2019   20:15 Diperbarui: 8 Januari 2019   20:24 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muir yang tampaknya menjadi inspirasi narasi Zainab dimasukan dalam buku Muhammad: Prohpet and Statesman. Muir dalam sejumlah karya seperti Armstrong dan Phipps masih dijadikan rujukan, termasuk William Montgomery Watt. Mengapa kaidah ilmiah orientalis tumpul dalam narasi peristiwa pernikahan Zainab binti Jahsyi? Layak digali karena perulangan yang tidak benar dan tdak sesuai kaidah ilmiah lebih pantas berada dalam wacana sekterianisme.  

Banyak peristiwa sejarah masa Rasulullah saw yang memiliki sumber mutawatir dan sahih tidak dimunculkan dalam buku Muhammad: Prohpet and Statesman.Seperti narasi Haji Wada hanya loncat dan selintas. Tidak diuraikan perjalanan tiba di Kabah, Makkah, dan perilaku Muhammad dalam memberikan ampunan terhadap orang-orang yang membencinya atau berupaya membunuhnya ketika di Makkah. Sejarah perjalanan pulang dari Haji Wada hingga kembali ke Madinah tidak diuraikan.

Saya kira bagian ini penting karena terkait kehidupan akhir hidup Rasulullah saw. Mungkin karena tidak menganggap penting peristiwa menjelang akhir kehidupan Muhammad, maka Watt jatuh dalam perulangan kembali yang sama dengan sajian karya orang-orang sekterianisme.  Terutama pada bab delapan, saya menemukan loncatan peristiwa yang cukup jauh dari rangkaian peristiwa dan narasi kronologis sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw.

Bab sembilan, sebagai bagian akhir dari buku karya Watt cukup menarik karena menyajikan penilaiannya terhadap sosok Muhammad. Saya membaca dan sama seperti yang disampaikan Alwi Alatas bahwa William Montgomery Watt tidak mampu bersikap netral dan tidak sepenuhhnya berada dalam koridor ilmiah dalam menyajikan sosok Muhammad. Watt, mungkin selaku orang Nasrani, tidak mau menyebut Muhammad sebagai Nabi, tetapi seorang imajiner yang berhasil.  

Dengan penuh keponggahan, Watt menulis: "Pada Muhammad, saya beranggapan, terdapat kedalaman dari imajinasi kreatif, dan gagasan-gagasannya yang dilahirkan sebagian besar adalah benar dan baik. Khususnya terdapat, paling tidak, satu soal yang tampaknya tidak sehat --gagasan bahwa wahyu atau hasil imajinasi kreatif itu lebih tinggi dari tradisi manusia biasa sebagai sumber fakta---sejarah yang telanjang, terdapat beberapa ayat dalam Al-Quran (11:49, 3:39, 12:103) dengan tujuan bahwa 'inilah berita-berita tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu, engkau tidak mengetahuinya, engkau dan kaum engkau, sebelum ini'. Orang bisa mengakui bahwa imajinasi kreatif mampu memberikan interpretasi yang baru dan lebih benar tentang suatu peristiwa sejarah, tetapi membuatnya sebagai sumber dari fakta telanjang adalah berlebih-lebihan dan tidak benar" (halaman 330).

Lantas diujung tulisan, halaman 331, Watt menulis: "Akhirnya, apakah masalah kita? Apakah Muhammad seorang Nabi? Ia adalah seorang yang imajinasi kreatifnya bekerja dalam tingkat tinggi yang paling dalam dan menghasilkan gagasan-gagasan yang relevan pada pertanyaan sentral keberadaan manusia, sehingga agamanya mempunyai himbauan yang tersebar luas, tidak hanya pada abadnya melainkan pada abad-abad sesudahnya.

Tidak semua gagasan-gagasan yang didakwahkannya benar dan baik, tetapi rahmat Tuhan telah memungkinkannya memberikan agama yang paling baik pada jutaan manusia dari yang mereka punyai sebelum mengakui tak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah."      

Watt tetap tidak mau mengakui kebesaran, kemuliaan, dan keagungan sosok Nabi Muhammad saw dengan menutup diri dari seluruh sejarah yang otentik. Biarlah Watt demikian dengan sikapnya seorang orientalis yang enggan menerima kebenaran. Yang lebih parah, ada segelintir orang di Timur Tengah yang hidup di zaman modern bersikukuh dalam menyimpulkan sosok Nabi Muhammad saw layaknya orientalis.

Hatur nuhun anu parantos kersa maos ieu seratan. Mugi kenging panangtayungan Allah Ta'ala sareng syafaat Kangjeng Nabi Muhammad Rasulullah saw miwah kulawargina. Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. *** (ahmad sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun