Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perspektif Remaja, dan Pola Hidupnya

25 Mei 2023   22:31 Diperbarui: 25 Mei 2023   22:35 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari situ terlihat jelas, kita selaku Orang-Tua telah berhasil mendidik Anak-anak kita tersebut. Inilah sisi surplus (nilai lebih)-nya untuk kita. Namun, apakah itu lantas sudah lebih dari cukup? Jawabannya adalah belum. Ya, belum.

Pertanyannya, ketika para Pemuda tersebut melalui kecerdasan mindsetnya berhasil mencapai tujuan hidup yaitu kesuksesan individunya, selanjutnya apa lalu yang kemudian harus dilakukan?

Tidak sedikit orang-orang intelektual yang mencoba mengupas fenomena-fenomena tersebut. Tetapi yang mengejutkan adalah, mereka dan bahkan kita sendiri sang Orang-Tua, kerap kali tak kunjung menemui solusinya.

Finalisasi atau ending daripada lembaga pendidikan formalitasnya, lantas hanya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan agar menjadi tenaga kerja saja. Dan pastinya, pekerjaan dalam skill mereka masing-masing.

Tahun 2022 kemarin, seorang profesor kampus dari wilayah banjarmasin mengatakan di akun channel Berani Mikir bahwasanya; "Sistem pendidikan kita, tidak lain dan tidak bukan daripada hanya sekadar merupakan ladang bisnis semata."

Ini begitu mengejutkan, jika analisa profesor tersebut ternyata terbukti benar, tentu saja secara otomatis, kita para Orang-Tua sesungguhnya dari zaman ke zaman, hanya menjadi korban pembodohan akan sistem yang membawa nama pendidikan.


Tuhan selalu menegur didalam kitab suci kepada kita semua para Manusia, agar jangan sampai tidak memaksimalkan akal pikiran. Apakah salah kehendak tersebut untuk kita jalankan? Kesalahan kita itu ada banyak. Dan banyaknya kesalahan-kesalahan kita, tak perlu panjang kami uraikan.

Kembali dalam konteks ucapan profesor yang berasal dari wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan tadi. Kurikulum akademik itu begitu permai dan segala gagasannya, sangat begitu memukau, dan begitu luar biasa. Mengapa? Karena itu semua berasal dari filosofi-filosofi yang ada pada Alam Semesta.

Alam Semesta ini merupakan sumber Ilmu Pengetahuan. Terbukti, banyak kalangan ilmuwan maupun filosof yang -- karena belajar dari Alam -- mampu menciptakan gagasan yang begitu dahsyat nan fenomenal.

Pikirkan, mengapa itu tidak pernah merasuk dalam kesadaran kita? Mengapa harus fokus menjadikan hal yang utama pendidikan formalitas bagi Anak-anak maupun Remaja? Bukankah mereka terlahir barang tentu sama, dan memang benar-benar sama dengan kita para Orang-Tuanya, yakni dibekali Akal Pikiran?

Bertani, berkebun, beternak, itu semua adalah Ilmu yang kita pasti, setidaknya ada satu yang dimiliki. Mengapa tidak itu saja yang lalu kita ajarkan kepada Anak-anak kita? Kakek-Nenek moyang bangsa ini sesungguhnya adalah petani serta pelaut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun