Mohon tunggu...
Ahmad Noven Friyandi
Ahmad Noven Friyandi Mohon Tunggu... Seniman - mahasiswa

- Akidah dan Filsafat. Univ. Al-Azhar Kairo - Penikmat musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berkaca dari Tata Laku Sedekah Masyarakat di Mesir

30 Januari 2020   17:07 Diperbarui: 12 Maret 2020   18:54 4007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulama Al-Azhar memang memandang penting akan nilai sebuah kerendahan hati. Dosen-dosen Al-Azhar kerap menasihati dan mengingatkan mahasiswanya akan pentingnya sebuah akhlak. Tidak akan bernilai sesorang yang punya banyak ilmu, tapi tidak memilki kerendahan hati. Saya akan bercerita tentang kerendahan hati ulama Al-Azhar di tulisan selanjutnya, inysa allah.

Setelah melihat itu, saya berusaha untuk merubah adab saya kepada pengemis. Saya memang belum bisa bercengkrama dan gaul dengan pengemis, tapi saya berusaha untuk tidak merasa tinggi diri kepada pengemis. 

Saya berusaha kalau pergi ke mana-mana sediakan duit untuk disedekahkan kepada pengemis jikalau berjumpa, walaupun terkadang saya lupa untuk melakukannya. Berusaha memberinya dengan senyuman.

Jikalau sedang tidak ada duit, saya berupaya untuk tersenyum dan meletakkan tangan kanan di dada ketika bertemu pengemis seperti yang biasa saya lihat dari orang-orang Mesir. 

Dalam ajaran Islam, sebuah senyum juga bernilai sedekah. Nabi SAW bersabda, "Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu." (Sahih, H.R. Tirmidzi no. 1956).

Saya beberapa kali melihat perlakuan warga Mesir terhadap pengemis. Di suatu waktu setelah sholat magrib, saya melihat seorang wanita Mesir milenial (sebaya saya) yang sedang bersedekah pada pengemis tua.


Dia menyapa pengemis tua itu dengan melambaikan tangan dan menawarkan senyuman.  Dia lalu mencari-cari uang di dalam ranselnya lalu memberikannya pada pengemis tua itu. Pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

Di sebuah toko ponsel, saya melihat pemilik tokonya memiliki toples yang berisi uang-uang koin yang dia sediakan khusus untuk pengemis yang datang. Yang seperti ini pernah saya jumpai sebelumnya.

Saya juga kagum dengan sedekahnya orang-orang Mesir kepada para penuntut ilmu yang datang dari luar negara Mesir seperti saya. Mereka lebih mendahulukan sedekah kepada kami, dari pada sedekah kepada warga Mesir sendiri. 

Sedekah itu biasa dilakukan ketika bulan suci Ramadhan, sedekah berupa makanan yang biasanya terdiri dari nasi, sup kacang, daging, dan salat. Mereka mengharapkan keberkahan dengan menyantuni para jihaders yang sedang meninggalkan negrinya untuk menuntut ilmu ke negri para nabi ini.  Mereka menganggap bahwa ibadah para penuntut ilmu ini akan semakin berlipat ganda di bulan suci Ramadhan.

Tidak hanya teruntuk para penuntut ilmu, sedekah yang seperti ini juga biasanya diperuntukkan untuk seluruh kalangan. Mereka menyebutnya "maidaturrahman" (hidangan tuhan, atau hidangan dari yang maha pengasih), sedekah seperti ini kerap dijumpai di pinggir-pinggir jalan ketika menit-menit sebelum berbuka puasa di bulan suci Ramadhan. mereka bahkan menyediakan kursi dan meja untuk para penerima sedekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun