Josep Stalin menembak mati rakyat sebanyak 800.000 orang 1930-1952, dan jutaan orang yang tewas akibat kekejaman dan kerja paksa, serta kelaparan. Dikabarkan juga di Ukraina sebanyak 5 juta orang tewas akibat kekejaman Stalin ini. Dalam edisi tahun 2008 dari bukunya, The Great Terror, Robert Conquest mengemukakan bahwa "sekurang-kurangnya ada 15 juta orang" yang tewas terbunuh akibat segala macam teror yang dilakukan Stalin.
Apakah atas nama revolusi mental sang pemimpin mau melakukan hal yang hampir sama dengan di atas? Sang pemimpin yang menyayangi rakyatnya tidak akan mau mencontoh apa yang mereka lakukan. Dalam kepepemimpinan era modern membangun kebersamaan, berjamaah adalah sebuah keniscayaan untuk melahirkan kesejahteraan.
Sang pemimpin yang menyayangi rakyatnya, tidak akan bertindak melawan hukum. Ia bekerja akan sungguh-sungguh berlurus hati demi masa depan bangsa ini. Ia akan tahu pelanggaran hukum adalah akan merusak citra dan struktur pemerintahan. Seperti yang dinyatakan Al Gore, “Seorang presiden yang melanggar hukum adalah ancaman atas pemerintahan kita.”
Tak ingin rakyat bertikai
Tak ingin rakyat bertikai, karena rakyat adalah ibarat anak-anak sang ayah. Ada anak yang berpengetahuan, ada yang berpangkat sekelas kopral sampai dengan jenderal. Ada yang pebisnis, dan lain-lain. Sukakah bila mereka bertikai melaksanakan egonya masing-masing. Sang anak yang kuat diperintah untuk memukul anaknya yang lemah. Tegakah orang tua demikian? Bila merasa tega, apa yang kan terjadi? Dendam, ancaman, dan segala hal akan terjadi kemudian.
Pemimpin yang takut kepada Allah tak ingin aparat dan rakyat bertikai. Maka pemimpin semacam ini akan selalu menghindari pertikaian antarpendukung, antara aparat dan rakyat. Disadarinya karena pertikaian itu disebabkan rasa berat sebelah yang tinggi sang pemimpin yang harus diwujudkan. Karena kehendak politiknya yang dipaksakan, sehingga perdamaian tak dapat dijaga.
Pemimpin yang menyayangi rakyat adlah memilki kepedulian yang tinggi dan selalu memelihara perdamaian dan ketenangan antara rakyatnya dan aparatnya. Mantan presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson (1743-1826) pernah berujar, “Kepedulian terhadap kehidupan manusia dan kebahagiaan, dan bukan kehancuran mereka adalah hal pertama dan satu-satunya objek pemerintahan yang baik.”
Sang pemimpin selalu membangun saling pengertian antara dirinya dan rakyatnya, antara kelompok dan golongan satu dengan lainnya, antara aparat dan rakyatnya. Maka Albert Einsterin pernah berkata, “Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian.”
Literasinya Kuat