Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Arti Cinta Tanah Air dari Siauw Giok Tjhan

21 Agustus 2018   21:06 Diperbarui: 9 September 2018   22:59 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

''SIAUW GIOK TJHAN'' adalah salah satu dari keturunan etnik tionghoa di negara ini, beliau lahir di kapasan, surabaya, jawa timur pada 23 maret 1914 silam, lalu meninggal di belanda, di karenakan sakit jantung yang di deritanya pada november 1981 ketika usianya  67 tahun, dalam sejarah panjang berdirinya negara kesatuan republik indonesia (NKRI), sosok ''siauw giok tjhan'' tidaklah dapat di hapuskan perananya dalam memperjuangkan kemerdekaan indonesia, ide-ide nya, serta gagasan-gagasanya, sumbanganya dalam pendidikan  tidaklah terbantahkan, meskipun sosok ''siauw''  bukanlah asli pribumi serta memiliki RAS berbeda dari golongan mayoritas  masyarakat indonesia, namun hal itu tidak menghalangi kecintaan beliau akan tanah kelahiranya, oleh karena itu beliau berjuang dengan sepenuh hati untuk kemerdekaan indonesia.

pergulatanya dengan keadilan di mulai saat ''siauw'' kecil, ketika itu orang-orang dari etnik tionghoa sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dari mayoritas pribumi, maupun penjajah belanda, ''siauw'' kecil sering mendapatkan ejekan cina loleng  dari teman-temanya di sekitar rumahnya, maupun teman-teman di sekolahnya, ejekan cina loleng di masa itu adalah ejekan penghinaan bagi golongan tionghoa, hal itu membuat ''siauw''  kecil  marah sehingga  ''siauw'' kecil sering berkelahi dengan anak-anak belanda, ambon, maupun surabaya itu sendiri,  dari kecil ''siauw'' sudah memperlihatkan sikap berani dan  sangat keras jika melihat ketidak adilan di lakukan kepada dirinya, maupun pembelaanya  kepada teman tionghoa lainya.

''siauw'' kecil tumbuh di dalam keluarga berkecukupan di wilayah tempat tinggalnya, hal ini memungkinkanya mendapatkan pendidikan  terbaik di masa nya, sampai saat ''siauw'' mendapatkan kesempatan bersekolah di ''hogere burger school (HBS)'', HBS adalah pendidikikan menengah setara SMP, sekolah ini memang di peruntukan untuk orang-orang belanda, eropa, maupun elit pribumi, jadi tidak semua orang dapat memasuki sekolah ini, namun nasib ''siauw'' berubah total kala kedua orang tua ''siauw'' meninggal dalam waktu berdekatan, hal itu terjadi pada tahun 1932, di saat usia ''siauw'' 18 thn, keadaan ini membuat ''siauw'' remaja harus menghadapi berbagai macam cobaan sulit, karena di satu sisi ''siauw'' harus menangung biyaya hidup adiknya ''siauw giok bie'', sementara kakeknya sudah lama pulang ke negeri asalnya (tiongkok), guru-guru di dalam sekoah HBS sangat peduli dengan pendidikan ''siauw'', sehingga biyaya pendidikanya selama di HBS  di tangung oleh guru-gurunya dengan berpatungan, sementara di sisi lain untuk menangung biyaya hidup diri nya dan adiknya, ''siauw'' menjual barang-barang bekas dan menjalankan usaha taksi.

Pergulatan dengan dunia perpolitikan di mulai, ketika pada tahun 1932 ''siauw'' bergabung dengan ''partai tionghoa indonesia (PTI)'', yang di pelopori oleh ''liem koen hian'', dan ''siauw'' menjadi salah seorang anggota termuda, ''siauw'' memberi pembaruan, dan gagasan-gagasan yang menginginkan proses persatuan itu sendiri, di antaranya adalah ''mendorong semua etnik tionghoa di kawasan hindia belanda  untuk mengakui indonesia sebagai tanah air nya'', dan argumentasi ini sangatlah obyektif serta kontekstual, karena semua golongan etnik tionghoa di hindia belanda  baik itu peranakan maupun golongan totok, mereka lahir , besar dan meninggal di indonesia.

Di dalam partai tionghoa indonesia (PTI) ''siauw'' muda banyak menyuarakan aspirasinya, tulisan-tulisan kritisnya waktu itu banyak di muat oleh surat kabar lokal di surabaya, tulisan-tulisan kritis nya banyak berkaitan tentang kesetaraan etnik tionghoa, serta pelepasan diri kepulauan nusantara  dari pemerintah hindia belanda menjadi wilayah merdeka, walaupun keadaan di waktu itu, pemerintah hindia belanda banyak membuat kebijakan spesial untuk orang-orang tionghoa di banding masyarakat pribumi, sehingga memang kehidupan orang-orang tionghoa lebih terjamin kehidupanya, namun  hal itu tidak membuat ''siauw'' membela pemerintahan belanda, justru ia tetap menyuarakan dengan lantang ''kemerdekaan indonesia'', tidak sedikit orang dari golonganya sendiri mengkritik dan membencinya umumnya ini lebih di dominasi oleh golongan ''totok''.

'tokoh-tokoh nasional sekaliber dr.wahidin, dr.sutomo (pendiri budi utomo), dr.douwers dekker, dr. tjipto mangunkusumo, ki hajar dewantoro, serta soekarno pun tidak pernah mempersoalkan latar belakang ras seseorang dalam berjuang, yang mereka utamakan adalah usaha mempersatukan semua kekuatan  rakyat yang ada dalam perjuangan melawan penjajahan belanda''. ''siauw'' membaca ini sebagai semangat integrasi untuk menyatukan orang-orang tionghoa tanpa harus menyisihkan identitas kesukuanya menjadi bagian dari mayoritas pribumi.

Selepas kemerdekaan babak baru perpolitikan ''siauw'' di mulai, ''siauw'' di pilih menjadi salah satu anggota komite nasional indonesia pusat (KNIP) oleh presiden terpilih ''ir;soekarno'', KNIP merupakan badan pembantu presiden , yang keangotaanya terdiri dari pemuka masyarakat dari berbagai  golongan serta daerah-daerah, termasuk mantan anggota panitia persiapan kemerdekaan indonesia, dengan ini kedekatan ''siauw'' dengan  ''soekarno'' di mulai, ''siauw''  berada di garis terdepan dalam membela semua kebijakan-kebijakan ''soekarno'', dari mulai nasionalisme religius, sosialisme indonesia,sampai dengan demokrasi terpimpin, namun dirinya juga dapat berteman dengan baik dengan partai sayap kiri partai komunisme indonesia (PKI), yaitu D.N aidit, serta sayap kanan partai masyumi yaitu saudara M.natsir.

''bangsa tiongkok dalam perspektif ekonomi dan  akumulasi modal sebenarnya ada dalam posisi yang bersebrangan dengan indonesia, ketika melihat tiongkok sebagai pesaing dalam akumulasi kapital, pandangan ''siaw'' sama dengan ''soekarno'' yang menilai RRT sebagai bagian dari kapitalisme internasional yang juga harus di perangi oleh masyarakat sosialisme indonesia''.

Selepas kemerdekaan banyak dari golongan tionghoa baik itu peranakan maupun golongan totok mepertanyakan setatus kewarganegaraanya, apakah dirinya bagian dari warga negara indonesia, atau malah warga negara asing, isu ini di bawa dalam  perjanjian konferensi meja bundar (KMB) pada 23 agustus-2 november 1949, selain isi terpenting belanda mengakui kedaulatan republik indonesia menjadi negara republik indonesia serikat (RIS), di dalamnya juga termuat pengesahan UU kewarganegaraan berdasarkan stelsel pasif, di dalamnya ada batas waktu memilih sampai tanggal 27 desember 1951, ternyata lebih dari 300.000 orang tionghoa kebanyakan dari  golongan totok yang menolak kewarganegaraan indonesia dan memilih menjadi orang asing.

Hal ini membuat ''siauw'' kecewa terhadap keputusan mayoritas golongan totok, karena sikap memilih menjadi golongan asing membuat udara diskriminatif bersemilir kencang terhadap golongan tionghoa, ''siauw'' berfikir keras untuk menyelesaikan masalah ini, pada tanggal 13 maret 1954 bertempat di gedung sing ming hui (candra naya), jakarta, berkumpulah seluruh tokoh dan pemimpin tionghoa, lalu di bentuklah ''badan permusjawaratan kewarganegaraan indonesia''  atau di singkat dengan baperki, dengan ''siauw'' menjadi pemimpinya, awalnya badan ini di bentuk untuk melindung  golongan tionghoa di indonesia, namun ''siauw'' menitik beratkan keinginanya untuk tidak mengentalkan aroma tionghoa di dalam organisasi baperki,

Oleh itu cabang baperki di bentuk di jakarta pada tahun 14 maret 1954 yang di ketuai langsung oleh orang asli pribumi yang bernama ''sudarjo cokrosisworo'', pada 1955 baperki ikut serta dalam pemilu untuk memilih angota DPR dan konstituante, dalam kedua pemilu ini baperki memperoleh 178,887, untuk DPR, serta 160.456 untuk konstituante, dengan jumlah suara mencapai 70% baperki berhak mengirim wakilnya ke DPR, di tunjuklah saudara ''siauw'' untuk memiliki satu kursi di perlemen , di dalam parlemen ''siauw'' gencar menyuarakan  pembelaanya dalam proses integrasi utuk semua warga tionghoa, namun bak gayung bersambut,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun