Mengikuti jejak cahaya di lorong-lorong sunyi adalah latihan untuk melatih ketenangan hati. Sebab hanya hati yang tenang yang mampu membaca “peta rahasia” perjalanan jiwa.
Bayangkan peta itu seperti gambar samar yang hanya terlihat ketika kita tidak tergesa-gesa. Jika hati kita gelisah, peta itu hanya tampak seperti coretan acak. Tapi ketika hati tenang—tenang karena terbiasa berjalan di lorong sunyi—peta itu akan membentuk arah yang jelas.
Itulah sebabnya artikel ketiga nanti akan mengajak kita membuka peta itu. Namun untuk sampai ke sana, kita perlu mengasah mata batin di lorong sunyi ini.
Amalan untuk Menapaki Lorong Sunyi
Shalat Tahajjud
Bangun di sepertiga malam terakhir, saat dunia benar-benar sunyi. Itulah waktu terbaik untuk berbicara dengan Allah.Dzikir Nafas
Mengingat Allah seiring tarikan dan hembusan napas. Menjadikan setiap hembusan sebagai tanda kehadiran-Nya.Membatasi Informasi
Kurangi paparan berita atau media sosial yang hanya menambah bising batin.Berjalan Sendiri
Sesekali berjalan kaki tanpa tujuan tertentu, hanya untuk mendengarkan pikiran dan doa-doa yang muncul.
Penutup: Menyambut Sunyi sebagai Sahabat
Jika nyala pertama adalah undangan, maka mengikuti jejak cahaya di lorong-lorong sunyi adalah jawaban kita. Kita tidak hanya menerima cahaya itu, tetapi juga belajar mengikutinya, setia meski kadang jalannya sepi.
Mungkin di awal perjalanan ini kita merasa seperti berjalan sendirian. Tapi percayalah, di setiap langkah kita di lorong sunyi, ada cahaya yang menunggu di ujung. Dan ketika kita sampai, kita akan sadar bahwa cahaya itu tidak pernah jauh—ia selalu berada di dalam kita, hanya menunggu untuk ditemukan.