Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Mengikuti Jejak Cahaya di Lorong-Lorong Sunyi

15 Agustus 2025   17:45 Diperbarui: 15 Agustus 2025   07:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengikuti Jejak Cahaya di Lorong Sunyi - Trilogi Cahaya By Ahmad Husen

Kadang, jejak itu berupa firasat halus yang membimbing kita menjauhi hal yang tampak menguntungkan tetapi merusak. Kadang, ia muncul sebagai rasa tenang di satu jalan dan rasa berat di jalan lain. Dan sering kali, jejak cahaya ini mengarahkan kita menuju lorong-lorong sunyi, di mana dunia luar tidak lagi bising, sehingga suara batin terdengar jelas.

Lorong-Lorong Sunyi dalam Tradisi Jiwa

Dalam Islam, lorong sunyi ini mirip dengan momen khalwah—menyepi untuk membersihkan hati. Rasulullah ﷺ menemukan wahyu pertama bukan di tengah pasar Mekkah, tetapi di Gua Hira, di sunyi yang dipilih dengan sengaja.

Di Nusantara, para leluhur kita mengenal laku tapa brata atau tirakat. Di dunia pesantren, santri yang ingin memperdalam ilmu akan melewati masa-masa suluk—berdiam dalam ibadah untuk membuka mata hati. Semua ini mengajarkan bahwa ada ruang di dalam diri yang hanya bisa kita masuki saat kita rela meninggalkan kebisingan luar.

Lorong sunyi tidak selalu berarti kesendirian fisik. Ia bisa berarti menenangkan pikiran di tengah keramaian, membebaskan hati dari riuhnya kabar buruk, atau bahkan hanya duduk beberapa menit sebelum subuh, membiarkan dunia hening dan jiwa bicara.

Mengikuti Jejak dengan Kesabaran

Jejak cahaya itu bukanlah garis lurus. Kadang kita berjalan di jalan yang terang, kadang kita masuk ke tikungan yang gelap. Di sinilah kesabaran menjadi kunci.

Allah berfirman:

“Dan bersabarlah bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah matamu berpaling dari mereka karena menginginkan perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Ayat ini mengajarkan bahwa kesabaran tidak hanya berarti menahan diri dari marah atau kecewa, tetapi juga kesetiaan untuk tetap berada di jalan cahaya, meskipun terasa lambat, sunyi, atau tidak dilihat orang.

Sunyi yang Menguatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun