Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mirna (2/2)

2 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   10:09 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski berat diterima, dengan mata yang berkaca-kaca ia menjawab, "Baik, Pak. Terima kasih."

...........

Sebelumnya Ibu pernah menyarankan Mirna untuk ke dokter namun tidak dilakukan. Akan tetapi kali ini Mirna tak bisa mengelak lagi. Membawa sebuah map coklat lebar berisi hasil CT scan lab kemarin, Mirna didampingi Ibu masuk ke ruang praktik dokter di Minggu sore itu. Tampak jelas raut wajah tegang keduanya. Itu kali kedua mereka menemui sang dokter untuk menyerahkan hasil lab sekaligus memperoleh diagnosis.

Dokter Latif, ahli saraf dan neurologi, mengernyitkan dahi saat memperhatikan foto scan tersebut dengan saksama. Beberapa kali ia terlihat mengangkat kaca matanya ke dahi untuk melihat foto itu secara langsung dengan mata telanjang. Suasana hening sesaat meliputi ruangan. Tak lama akhirnya ia buka suara.

"Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada indikasi kerusakan pada sel dan jaringan otak ataupun gejala yang mengarah kesana.  Kondisinya normal. Sehat wal afiat," ungkapnya tersenyum.

Mendengar pemaparan sang dokter, Ibu dan Mirna langsung bernapas lega. Secara refleks keduanya mengucap syukur pada Tuhan dan berterima kasih ke dokter. Lebih lanjut dokter menyarankan agar Mirna menemui psikiater guna memperoleh penjelasan rinci seputar kondisi psikologis dan kejiwaan yang sedang ia alami.

Di kesempatan berbeda, keduanya menemui psikiater seperti yang disarankan dokter. Menurut Psikiater Elvira, kemungkinan Mirna masih ada trauma akibat kecelakaan itu. Hal itu yang kemudian memicu gangguan klinis seperti sakit kepala beserta efek sampingnya dan juga keluhan pada mata. Selain itu, muncul juga gangguan psikis seperti rasa cemas dan takut yang berlebihan. Untuk pengobatan, ia meresepkan obat dan menyarankan Mirna untuk konseling. Dengan harapan semoga Mirna benar-benar bisa sehat kembali baik fisik maupun mental.

.......

Seminggu setelah cuti khusus yang diberikan berlalu, Mirna kembali bekerja. Masih segar dalam ingatannya saat sang atasan berharap agar ia bisa comeback dengan semangat baru dan lebih fresh. Untuk itu, ia bertekad dan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik yang ia bisa. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, semua ia lakukan dengan totalitas. Tak ada yang lebih ia inginkan selain dapat bekerja dengan performa seperti dulu lagi.

Pada awalnya sempat ada perubahan positif yang tampak di permukaan dan sesuai dengan harapan semua pihak. Namun sakit kepala ditambah efek samping yang kerap kali datang, membuatnya kewalahan dan akibatnya tidak mampu memenuhi target kerja yang telah ditentukan.

Tak hanya itu, belakangan kondisi jiwanya juga terlihat labil. Di suatu kali rapat, Mirna pernah kedapetan melamun. Badannya memang ada di tempat tapi pikirannya melayang entah kemana. Semakin lama ia semakin tampak seperti orang bingung dan linglung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun