Mohon tunggu...
Ahmad Gufron
Ahmad Gufron Mohon Tunggu... peneliti madya

menulis dan analisa politik, ekonomi dan pertanian, hukum agama islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saling menghargai ibadah terlupakan

14 September 2025   06:10 Diperbarui: 14 September 2025   06:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan sehari -- hari , manusia dalam dinamika keseharian sering menyaksikan masalah kecil menjadi besar hanya karena tidak adanya sikap saling menghargai. Adik yang merasa diremehkan oleh kakaknya, rekan kerja yang tersinggung oleh atasan, atau tetangga yang berselisih karena persoalan sepele. Padahal, semua agama khususnya Islam menempatkan penghargaan terhadap sesama sebagai inti akhlak (prilaku manusia) dan ibadah sosial. Kita rajin beribadah ritual, tetapi terkadang lalai menjalankan ibadah sosial yang justru menjadi penanda kualitas iman. Karena manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani yang harus dibimbing oleh kitabullah( Al qur'an)

Agama sebagai Landasan Menghargai          Al-Qur'an menegaskan dalam QS. Al-Hujurat [49]:13: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu bersuku-bangsa dan berkelompok agar saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." Ayat ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah keniscayaan, bukan alasan untuk bertikai. Rasulullah juga bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari-Muslim). Artinya, sikap menghargai orang lain bukan sekadar etika sosial, melainkan syarat iman yang sejati.

Keluarga sebagai Madrasah Pertama.          Keluarga adalah pembinaan pertama untuk menanamkan nilai penghargaan serta empati sosial. Kakak yang menyayangi adik, adik yang menghormati kakak, mencerminkan akhlak sekaligus ibadah merupakan ajaran agama islam. Namun dalam praktik, kita sering mendengar pertengkaran antar saudara, iri hati, bahkan perselisihan soal warisan yang memutus silaturahim. Semua itu muncul dari hilangnya rasa menghargai. Jika ibadah di lingkungan keluarga dilakukan dengan kesadaran, maka ia akan menjadi pengikat kasih sayang. Shalat berjamaah, doa bersama, atau sekadar makan satu meja bukan hanya ritual, melainkan latihan empati dan penghargaan. Nilai-nilai ini jika dipupuk sejak kecil akan menumbuhkan karakter saling menghargai dalam kehidupan yang lebih luas.intinya adanya di pengendalian diri dan sabar dalam setiap menghadapi permasalahan, tidak mendahulukan pendapat pribadi tapi dari ilmu pengetahuan dan pendapat para ahli.

Dunia Kerja sebagai Ruang Ibadah.    Di kantor atau tempat kerja, perbedaan ide dan posisi sering menimbulkan gesekan. Padahal, Islam mengajarkan bahwa kerja adalah bagian dari ibadah. Setiap tetes keringat untuk mencari nafkah halal bernilai amal saleh. Dengan cara pandang ini, menghargai rekan kerja berarti menghormati ibadah orang lain.Musyawarah, komunikasi terbuka, dan sikap rendah hati sangat penting. Rasulullah memberi teladan ketika memimpin para sahabat dalam Perang Khandaq: beliau tidak hanya memerintah, tetapi ikut menggali parit bersama mereka. Pemimpin yang menghargai bawahan, dan bawahan yang menghormati pemimpin, akan menciptakan suasana kerja yang produktif sekaligus penuh keberkahan.

Ibadah sebagai Pengikat Sosial.         Ritual ibadah sejatinya tidak hanya untuk hubungan dengan Allah, tetapi juga untuk memperkuat hubungan dengan manusia. Puasa, misalnya, melatih empati terhadap orang miskin karena merasakan adanya rasa lapar bagi orang miskin yang kurang makan. Shalat berjamaah menempatkan semua orang sejajar tanpa membedakan status sosial. Haji menjadi simbol persaudaraan universal dimana bisa bergaul dengan banyak saudara muslim yang beda negara, adat dan hukum namun satu islam..Sayangnya, dimensi sosial dari ibadah sering terlupakan. Kita sibuk dengan rutinitas ibadah pribadi, tetapi lalai menjaga lisan dan sikap. Akibatnya, shalat tetap dilakukan, tetapi perselisihan dengan saudara atau rekan kerja terus berlangsung. Padahal, ibadah yang sejati justru harus tercermin dalam akhlak sosial berupa sikap menghargai.

Relevansi untuk Indonesia.       Indonesia merupakan  bangsa majemuk dengan 1.300 suku, 718 bahasa, dan 6 agama. Jika dalam lingkup keluarga saja kita gagal menghargai, maka sulit mengharapkan persatuan dalam skala bangsa. Nilai saling menghargai menjadi prasyarat bagi kerukunan nasional. Agama harus dipahami bukan hanya simbol, tetapi sumber nilai hidup. Menghargai orang lain sama artinya menghargai ciptaan Allah. Sebaliknya, merendahkan atau menyakiti orang lain sama dengan menantang kehendak-Nya. Karena itu, setiap ibadah seharusnya melahirkan kesadaran sosial: sabar, rendah hati, pemaaf, dan menghormati perbedaan.

Penutup       Saling menghargai adalah ibadah yang sering terlupakan. Ia menjaga harmoni antara adik dan kakak dalam keluarga, membangun suasana kerja yang sehat, dan memperkuat persatuan bangsa. Tanpa penghargaan, ibadah hanya akan menjadi rutinitas kosong.Sudah saatnya kita kembali pada pesan agama: iman tidak sempurna sebelum kita mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Dari rumah, dari meja kerja, hingga ruang publik, mari hidupkan kembali ibadah sosial berupa sikap menghargai. Dengan itu, ibadah kita akan lebih bermakna, dan bangsa ini akan semakin kuat dalam bingkai kebersamaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun