Anak adalah individu yang dilahirkan oleh seseorang, yang hubungkan oleh suatu ikatan antara seorang laki-laki (ayah) dan seorang perempuan (ibu) yang selanjutnya disebut sebagai orang tua. Disebut sebagai anak, karena individu tersebut masih berusia sangat muda dan belum mencapai fase dewasa secara mental dan fisik.
Anak dinilai sebagai generasi baru yang datang sebagai generasi penerus, karena pada umumnya para golongan tua kedepannya akan tergantikan dengan golongan muda yang merupakan evolusi dari seseorang anak. Anak juga disebut sebagai pelanjut dari keinginan orang tuanya, sebagai individu yang mewarisi tingkah laku dan prinsip yang telah ditanamkan oleh orang tuanya.
Sebagai penerus, sebagian besar orang tua pasti menginginkan anaknya memiliki suatu hal yang lebih condong dan menonjol. Hal yang menjadi kebanggaan orang tuanya, salah satunya adalah kecerdasan.
Pernahkan ketika melihat seseorang anak berbakat di televisi atau di media sosial, kemudian kalian beranggapan bahwa anak tersebut adalah anak cerdas? Pasti pernah kan?
Mempunyai anak yang memiliki kecerdasan merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi para orang tua, karena tidak sedikit anak yang memiliki kecerdasan pasti dihubungkan dengan tingkat IQ atau Intellegence Quotient yang melampaui anak-anak normal pada umumnya. Jadi anak yang memiliki kecerdasan, banyak dinilai sebagai anak yang istimewa dan unik.
Tentu, anak yang dikategorikan istimewa terkadang jumlahnya tidak banyak. Namun sayangnya beberapa orang tua banyak yang tidak menyadari kelebihan yang dimiliki oleh anaknya, sehingga kemampuan sang anak kurang terasah dengan baik. Jika kemampuannya tidak terasah dengan baik, maka kecerdasannya juga tidak akan terasah dengan baik pula.
Orang tua terkadang bingung, mengkategorikan anaknya sebagai anak yang cerdas atau anak yang pintar. Perlu digaris bawahi, bahwa kecerdasan dan kepintaran merupakan 2 (dua) hal yang berbeda. Keduanya memiliki definisi yang berbeda serta arti yang berbeda, dan pastinya keduanya memiliki makna yang berbeda.
Anak yang memiliki kepintaran (pintar), adalah anak yang secara umum akan mengandalkan ilmu pengetahuannya. Ilmu tersebut diperolehnya melalui pembelajaran yang dilaluinya secara runtut. Oleh karena itu, makna dari seseorng yang pintar adalah seseorang yang memiliki perilaku yang telah dipelajari, kemudian perilaku tersebut dikembangkan dengan kedisiplinan yang membuatnya menjadi lebih mahir.
Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan (cerdas), adalah anak yang lebih suka bereaksi dalam mengembangkan ide-idenya yang ada dipikirannya. Anak yang cerdas selalu mengandalkan logikanya, sebagai sarana pendukung dan pengalamannya. Kecerdasan cenderung bawaan dari lahir, yang hanya bisa timbul dan diketahui ketika kemampuannya tersebut disadari.
Anak pintar, biasanya lebih disebut sebagai anak yang pandai. Sedangkan akan cerdas, biasanya lebih disebut anak yang cerdik. Anak yang pandai akan lebih cepat menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya, karena mereka hafal mengenai jawaban dari ilmu yang dipelajarinya. Anak yang cerdas akan lebih memiliki pemikiran yang tajam, karena mereka memikirkan dari segala aspek. Bukan hanya dari ilmu yang dipelajari saja, melainkan juga dari pengalaman dan ide-ide yang berada di dalam otaknya.
Anak yang pintar belum tentu cerdas, sebaliknya anak cerdas belum tentu pintar. Oleh karena itu, berikut adalah 7 Ciri-ciri anak cerdas yang bisa membedakan apa sebenarnya hal-hal yang dimiliki oleh anak cedas, antara lain :
1. Daya ingat yang kuat.
Anak yang cedas cenderung tidak sebegitu rajin dalam hal belajar, namun mereka tetap memiliki kelebihan prestasi secara akademis. Meskipun tidak sering belajar, anak cerdas mampu memiliki daya ingat yang kuat. Maka jika terdapat sebuah pertanyaan yang memerlukan daya ingatnya, anak yang cerdas akan mengingat apa saja yang pernah mereka lakukan dan lakukan.
Daya ingatnya tersebut diperkuat dengan konsentrasi yang tinggi, konsentrasi itu memusatkan perhatiannya pada apa yang ingin anak tersebut ingat. Sehingga kemampuan anak cerdas tersebut bisa kembali dengan memori yang sama, data dan informasi yang sama, serta pengalaman masa lalu yang sama.
Anak yang memiliki kecerdasan akan selalu bermain dengan otaknya, mereka akan menyimpan dan memanggil kembali ingatanya ketika ingatan itu dibutuhkan. Jika ingatan anak cerdas tidak 100 persen sama dengan ingatanya dulu, mereka akan memadukan ide-ide yang ada didalam pikirannya sehingga membuahkan ingatan yang menyerupai dengan ingatannya dulu.
2. Kreatif dan suka berimajinasi.
Anak yang cerdas memang belum tentu pintar, tapi mereka memiliki potensi-potensi menarik yang bisa membuatnya menjadi individu yang kreatif. Potensi tersebut terbentuk oleh naluri dan insting anak cerdas dari kebiasaanya meniru apa yang dilihatnya.
Setelah meniru, kemudian anak yang cerdas akan berimajinasi dengan membuat hal-hal baru yang lebih menarik daripada yang mereka tiru. Mereka akan mengekplorasi imajinasi mereka dan menemukan kemampuannya sendiri, terkadang mereka juga menemukan keahliannya secara tidak sengaja dengan pemikiran out of the box yang bahkan orang tuanya sendiri tidak sadari.
Ide-ide anak yang cerdas tidak dapat dibendung. jika mereka belajar sesuatu, maka mereka giat memelajarinya. Jika mereka merasa tertarik dengan hal baru, maka mereka akan bersemangat mengeksplorasi hal baru tersebut.
3. Aktif dan tertarik dengan banyak hal.
Anak yang cerdas suka dengan perkembangan dirinya, mereka cenderung ingin memiliki ruang gerak yang luas. Anak yang cerdas suka sekali dengan aktivitas-aktivitas yang membuat dirinya berkembang. Baik itu mengembangkan hobinya dan menyalurkan bakatnya tanpa ada larangan dari orang tuanya.
Anak yang cerdas memiliki banyak energi, sehingga mereka tidak gampang lelah dan bosan atas aktivitas yang dijalaninya. Justru jika tidak beraktivitas atau bergerak, mereka akan merasa ada ketidaknyamanan dalam dirinya. Dengan keaktifanya tersebut, kesehatan fisik dan mental mereka akan terjaga, hal itu terjadi akibat anak yang cerdas bisa menyalurkan energinya dengan tepat dan ketertarikanya pada suatu hal membuat dirinya terus mengalami perkembangan.
4. Rasa keingintahuan yang tinggi.
Anak yang cerdas, selalu ingin tahu hal apa yang asing atau pertama didengarnya. Mereka akan mencari tahu tentang apa hal yang dinilainya asing tersebut. Bahkan beberapa dari mereka akan bertanya kepada orang tuanya atau pendampingnya mengenai apa yang ingin mereka tahu tersebut.
Ketika anak yang cerdas membaca buku, kemudian terdapat hal yang menarik ingin mereka kulik, maka mereka akan melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pendampingnya. Ketika mereka kurang paham, mereka seolah-olah akan berdiskusi untuk mempertanyakannya secara lebih mendalam. Kemudian untuk lebih meyakinkannya lagi, mereka menyuruh orang tuanya untuk membuat kesimpulan.
Anak yang cerdas memiliki keinginan untuk mempelajari banyak hal, apalagi jika hal tersebut merupakan objek dari rasa penasaran mereka.
5. Open minded dan responsif.
Anak yang cerdas memiliki pola pikir yang terbuka terhadap segala ide dan hal baru, mereka juga dinilai mampu menerima perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungan sekitarnya. Dengan artian, bahwa anak yang berpikiran terbuka dapat dengan mudah memahami dan membuka mata terhadap berbagai hal yang telah terjadi di sekitarnya.
Anak yang cerdas cenderung responsif, sehingga mereka bisa menerima berbagai pendapat dan pikiran dari orang lain. Mereka akan menerima dengan cermat berbagai sudut pandang dari orang lain, kemudian mengambil kesimpulan dengan mempertimbangkannya dari berbagai sisi.
6. Memiliki komunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik dengan anak akan membantu meningkatkan kepercaya dirian anak, keterampilan komunikasi yang baik akan membuat anak mengerti apa yang baik dan buruk dalam berkomunikasi. Bagi anak cerdas, komunikasi baik adalah langkah yang penting, karena hal itu akan mempengaruhi cara berinteraksi mereka dengan orang tua atau orang di sekitarnya.
Dengan komunikasi yang baik, mereka akan mendengarkan ketika terdapat orang yang sedang berbicara dengannya, mereka tidak akan menimpal atau memotong suatu pembicaraan, mereka akan memperhatikan setiap detail pembicaraannya, dan berlatih tersenyum serta melakukan kontak mata, jika sedang berhadapan.
Komunikasi yang baik membuat anak yang cerdas dapat memahami apa yang dikatakan oleh orang tuanya dengan baik, meskipun usianya masih tergolong sangat muda.
7. Humoris.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa orang yang humoris memiliki IQ yang lebih tinggi, hal tersebut dikaitkan dengan keterampilan. Karena humoris adalah sebuah keterampilan, dan seseorang yang humoris akan terlebih dahulu melihat keadaan sekitarnya sebelum melontarkan kata humornya.
Anak yang cerdas pasti memiliki cara dan ide untuk membuat kata-kata humornya terkesan lucu, mereka tidak asal dalam bertindak dan mengucapkan kata humornya.
Membuat kata-kata humor yang lucu merupakan suatu hal yang dapat dinilai sulit, bahkan tidak semua orang dapat melakukannya. Anak yang cerdas tidak selalu berpikiran serius, bahkan humor dinilai sebagai suatu cara untuk meningkatkan kemampuan verbal mereka.
Itulah beberapa ciri-ciri anak cerdas yang perlu diketahui oleh para orang tua, ciri tersebut bisa dikaitkan sebagai tanda bahwa orang cerdas bisa dilihat sejak usia dini atau kanak-kanak. Tetapi jangan khawatir, ciri-ciri diatas tidak serta-merta menjadi tolak ukur kecerdasan anak secara pasti kok. Karena setiap anak pasti dilahirkan dengan keunikan dan keistimewaannya masing-masing, sehingga sang anak mungkin saja memiliki bakat terpendam lain yang membuatnya berbeda dari anak-anak seusianya.
Kecerdasan, keunikan, dan keistimewaan pada anak yang bersifat terpendam, membuat orang tua sering kali tidak menyadari bahkan terkesn menghiraukan. Hal itu bisa menjadi fatal, karena sudah merupakan tugas orang tua untuk membantu mengeksplorasi dan menemukan jati diri sang anak. Maka dari itu, peran orang tua pada perkembangan anak juga merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya memacu, tapi juga membantu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI