Mohon tunggu...
Isom Rusydi
Isom Rusydi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Purnama ke Dua Belas

9 Februari 2016   14:15 Diperbarui: 9 Februari 2016   14:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah menjadi serakahan rumput yang tidak pernah

kering dengan bercak-bercak tadah hujan

Aku terhempas dengan angin yang menggulung

Aku hanya butiran debu yang dekil

maka bukan apa-apa

Dunia ini begitu abstraknya

Seperti halnya aurora, aku tidak mengetahui dari mana dia datang

hanya lenguhan angin dingin yang menandainya

Aku ini hanya sebutir debu…!

 

Aku menemukan...

 

Namamu berserak dalam tulisan-tulisanku

(Kau) mengenalkan pada misteri yang menjadi harmoni hidup
oh, tidak bukan, aku selalu menyapamu dalam setiap alir nadi hidup

Setiap saat...

Dinikmati dan diresapi

 

Menyapamu dengan sajak adalah prasasti

Yang membuat aku terus hidup

Purnama keduabelas...

 

Kedai Imajinatif, Februari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun