Betul, saya akui saya loss control. Dan, sekali lagi, harus jujur saya sampaikan, inilah sisi wanita yang kadang mugkin Mas Ahmad tak memahami secara rinci.
………..
Dan ini bukan masalah menang atau kalah. Saya hanya menegaskan inilah sisi kemanusiaan saya sebagai seorang wanita, yang tentu saja bukan soal gagah-gagahan, saya pun tidak berharap menuai pujian ketika distempel menang, atau kembali dicaci kala tak sanggup menahan satu di antara sekian kali hantaman.
Tatkala saya gagal sekali, apakah itu lantas menutup seluruh usaha saya? Apakah saya harus mencapai nilai 10 dalam setiap ujian?
Tidak. Saya bukan porselen atau apa pun yang mas Ahmad definisikan. Saya adalah diri saya sebagaimana adanya, yang tidak sempurna tapi berusaha makin membaik. Cobalah mengerti, Mas...
Terima kasih buat semua yang mas Ahmad lakukan, maaf kalo sikap saya mengecewakan. Salam... :)
***
Tamparan itu yang saya peroleh dari salah satu kompasianer wanita, melalui inbok K yang baru saja lahir kembali, yang tentu saya penggal kalimat utuhnya demi menyembunyikan beberapa ‘fakta privasi’ yang terkandung di dalamnya.
Sebuah tamparan yang sukses memberi rasa malas untuk saya ngalong di K, mengembalikan hadiah vote serta komen yang mereka beri di lapak saya, lengkap dengan sedikit komen ‘sok serius’ atau setidaknya masih setubuh (maksudnya satu tubuh alias masih ngonteks, dan bukannya cabul…) dengan artikel yang terposting, sebagai hadiah tulus bagi pertemanan yang pernah mereka tawarkan.
Rasa malas yang lalu memvuva menjadi pertanyaan: Salahkah saya yang hanya ingin menjadi diri sendiri? Yang tetap dan terus ingin menjadi orang bebas, yang hanya menjalin pertemanan dengan orang-orang yang memang hanya ingin berteman tanpa syarat dan tanpa sayap dengan saya, yang saya ulangi: TANPA SYARAT dan TANPA SAYAP. Walau untuk itu, beberapa kompasianers langsung menyingkir dari kolom pertemanan saya, padahal kurang akrab apa saya dengan mereka, yang bahkan jauh lebih akrab serta lebih dulu jika dibandingkan pertemanan saya dengan dirimu?
Melalui pembuka artikel ini saya hanya ingin menegas-ulang, bahwa jika kau masih berpikiran seperti itu, berarti jiwamu cemen dalam memahami arti pertemanan, yang berarti pula kau memang tak pantas berteman dengan saya, karena kau bahkan tak bisa menilai apa arti pertemanan yang sebenarnya.