Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dongeng untuk Ahok: Jangan Bawa-bawa Agama, Bro!

23 April 2016   22:10 Diperbarui: 24 April 2016   03:36 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baik, Nus, tapi ga makmur…” jawabku dengan tatap menetap pada kumcer, esai serta puisi yang penuh pergulatan sempak bernuansa satir getir yang amat nyinyir itu. Agak terkejut juga mengetahui bahwa bahkan benda sepele serupa sempakpun, siapa sangka bisa menjadi amat bernilai: Ketika berada di tangan orang yang tepat. Benar-benar tak ada yang boleh dianggap remeh dari kehidupan!

Tapi belum lagi aku puas membolak-balik masterpieces di tangan, ketika lontaran pernyataan ANhus selanjutnya membuatku terperangah.

“Wong kenthir iku kan gak perlu makmur tho, Bay? Lha nek bangsa iki isih podho kenthir, yo mungkin cukup ngene iki sing diwenehi Gusti Allah.”

Keherananku semakin berlanjut saat sosok ‘tak biasa’ secara tampang maupun gaya ini buru-buru menyeret ke sudut paling pojok di ruang pikiran, melanjutkan solilokui dengan rentetan mitraliur kata yang, tetap saja terasa agak aneh buatku. Barangkali perbedaan bahasa memang selalu manjur menyajikan rasa yang berbeda, walau dengan tema percakapan yang sebenarnya cuma itu-itu juga.

“Koon pengin bukti tah, Bay? Akeh wong podho sholat, ning yo uwakeh wong muslim sing gak sholat. Sing sholat yo sempet-sempete mikir donya, padahal jelas-jelas Gusti Allah nduk ngarepe. Opo gak kenthir ngunu kui, Bay? Jelas-jelas diajak Gusti Allah ayo menuju kebahagiaan pas adzan malah dicuekin. Opo gak kuenthir, Bay? Wis jelas-jelas Gusti Allah nyipratke surga nduk Indonesia, ning malah podho golek surga liyane. Lan sing luwih penting, jarene ngaku hanya pada Allah tempat bergantung dan memohon pertolongan, ning kenyataane malah luwih wedi karo bos, pimpinan, termasuk berharap terlalu banyak pada presiden dan admin. Opo jenenge ngunu iku nek gak kenthir, Bay? Dan Maha Benar Allah selalu menepati janji-Nya.”

“Wah yo gak iso ngunu, Nus. Jangan bawa-bawa agama. Iki perlu penjelasan sing ilmiah!” serobotku dengan gaya kompor meleduk, sebab kapan lagi bisa ‘bermain’ ala peyang-penjol di kota besar? ^_


“Istighfar, Bay!” sahut ANhus dengan intonasi yang agak tajam. Juga dengan mimik wajah yang super serius. Sepertinya pancinganku berhasil.

“Iku malah luwih edan maneh, Bay. Rumangsamu sing ngatur donya iki sapa? Opo maneh cuman ngatur nasibe aku, sampeyan lan bangsa iki. Memang menungso dipercaya Gusti Allah kanggo mengelola, tapi yo iku menungso podho edan, kedanan, sombong, trus lali. Padahal pesene Allah kanggo menungso iku jelas banget. Lha nek trus aku sampeyan kongkon ora nggowo-nggowo agama iku logikane piye?” ANhus balik bertanya.

“Lho, kan Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya tho, Nus?” tangkisku, yang segera membuat ANhus mrepet campur ndleming.

“Iku juga edan, Bay. Menungso salah mengartikan. Memahami ayat sepotong-sepotong. Trus Sampeyan ngartekno ayat iku bahwa menungso kudu berusaha merubah nasibe sendiri ngunu, tah, Bay? Yo kenthir iku jenenge, Bay. Nduk ayat iku Gusti Allah ngomong karo menungso perkara logika proses. Gak mungkin dalam sekejap seluruh masyarakat Negeri Bayangan sugih kabeh tanpa kaum itu berusaha dulu, walaupun itu sangat mudah dilakukan oleh Allah. Dan betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang karena sudah banyak menunjukkan keajaiban-keajaiban di tingkat individu, dan memperingatkan bangsa ini dengan berbagai kejadian yang menurut manusia dianggap bencana itu. Trus nek ono sing protes, lho Amerika kok iso maju koyo ngono, padahal iso dikatakan Amerika menjalankan negaranya tanpa landasan agama? Iku tambah kenthir maneh, Bay! Rumangsane nduk Amerika gak ono wong keluwen, tah? Rumangsane nduk Amerika gak ono maling? Podho ae, Bay!”

“Sing mbedakke, Amerika sebagai negara ngerti arah lan cita-citane trus langkah-langkahe tepat. Nek Negeri Bayangan aku gak yakin sebagai negara dhewe ngerti cita-cita negara lan gak konsisten pisan. Pasca reformasi, para aktivis politik, pelacur dunia politik lan buruh politik cuman mikir untuk periode lima tahunan. Sing paling kenthir, kabeh duwe kelakuan sama. Mereka berebut menjatuhkan penindas, untuk ganti menindas meski iku gak disadari. Mereka kadung percaya pada mekanisme pemerintah dan oposisi untuk perebutan kekuasaan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun